Para ilmuwan di King’s College London berhasil menemukan solusi inovatif untuk mendaur ulang bioplastik sekali pakai yang umum digunakan dalam produk-produk seperti gelas kopi dan wadah makanan.
Dipublikasikan dalam jurnal Cell Reports Physical Science, metode daur ulang kimia baru ini memanfaatkan enzim yang biasanya ditemukan dalam deterjen pakaian dengan kandungan bahan biologis untuk melakukan proses “depolimerisasi” (pemecahan) pada material polylactic acid (PLA).
Proses ini mampu mengubah produk-produk yang terbuat dari bahan PLA atau bioplastik menjadi fragmen-fragmen yang bisa larut sekaligus mencapai tingkat degradasi penuhnya dalam kurun waktu 24 jam saja.
Teknik ini diklaim 84 kali lebih cepat daripada proses pengomposan industri yang umum digunakan untuk mendaur ulang bioplastik, yang umumnya membutuhkan waktu sekitar 12 minggu.
Penemuan ini menawarkan solusi daur ulang yang komprehensif untuk plastik PLA sekali pakai. Para peneliti menemukan bahwa dalam 24 jam berikutnya pada suhu 90° C, bioplastik akan terurai menjadi bahan penyusun kimianya.
Setelah diubah menjadi monomer (molekul tunggal), bahan tersebut dapat diolah kembali menjadi plastik berkualitas tinggi untuk digunakan kembali berkali-kali.
Tingkat produksi plastik saat ini melebihi kemampuan dunia untuk membuangnya secara berkelanjutan. Environmental Action mengestimasikan lebih dari 68 juta ton plastik di seluruh dunia berakhir di alam bebas pada tahun 2023.
Laporan OECD pun memprediksi bahwa jumlah limbah plastik secara global akan meningkat hampir tiga kali lipat pada 2060, dan sekitar setengahnya akan berakhir di tempat pembuangan, sementara yang didaur ulang hanya kurang dari seperlimanya.
Dibuat dari bahan-bahan alami seperti tepung jagung, singkong, atau tebu, bioplastik selama ini memang dipandang sebagai opsi yang lebih berkelanjutan oleh konsumen.
Sayangnya, metode produksi bioplastik hingga saat ini masih mahal, belum lagi penggunaan lahannya yang bersaing langsung dengan pertanian berbasis pangan.
Lebih lanjut, metode daur ulang bioplastik sering kali tidak efisien, menghasilkan emisi CO2, dan tidak mampu menghasilkan bahan berkualitas tinggi yang dapat digunakan kembali.
‘Plastik-plastik ramah lingkungan’ ini pada akhirnya berakhir di tempat pembuangan hanya setelah sekali pemakaian saja, dan itu memicu para peritel untuk kembali menggunakan plastik biasa.
Kecepatan penguraian bioplastik menggunakan metode baru ini dipercaya dapat merevolusi produksi plastik dan membuka peluang untuk ekonomi sirkular yang berkelanjutan.
Saat ini, para ilmuwan di King’s College London sudah mulai memperluas cakupan penelitian mereka untuk menyempurnakan daur ulang plastik lain yang umum digunakan dan diproduksi massal, seperti yang digunakan dalam botol air sekali pakai, kemasan plastik film dan lembaran, serta pakaian.