Peneliti Buat Bioplastik dari Ganggang yang Bisa Terurai Seperti Kulit Pisang

Sampah plastik merupakan masalah untuk lingkungan. Karena, plastik membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurai. Sehingga, sampah plastik bisa mencemari tanah dan menjadi ancaman bagi manusia dan makhluk hidup lain di sekitarnya. Untuk menyelesaikan masalah ini, banyak peneliti yang mencoba untuk membuat plastik yang bisa terurai. Usaha terbaru dari para peneliti adalah untuk membuat plastik dari ganggang yang bisa terurai layaknya kulit pisang.

“Jika plastik dari ganggang ini berakhir di tanah atau lautan, ia akan terurai,” kata Eleftheria Roumeli pada GeekWire. Roumeli merupakan Asisten Dosen, Departemen Materials Science & Engineering di University of Washington. Dia dan timnya merupakan kreator dari bioplastik ini.

Tak hanya bisa terurai, bioplastik dari ganggang itu juga bisa didaur ulang menjadi barang baru dengan mudah. Plastik tersebut juga tahan api. Ketika bioplastik didekatkan dengan api, secara otomatis, ia akan berubah menjadi arang, sehingga ia tidak akan terbakar. Bioplastik itu juga bisa dibuat dengan mesin dan cukup tangguh untuk digunakan di furnitur.

Roumeli Laboratorium mencoba untuk membuat plastik dari ganggang. | Sumber; UW Photo / Mark Stone

Ganggang yang diperlukan untuk membuat bioplastik ini merupakan ganggang hijau-biru bernama spirulina, yang mudah untuk dikembangbiakkan. Selain untuk membuat bioplastik, ganggang spirulina juga digunakan sebagai bahan untuk kosmetik dan suplemen. Proses menumbuhkan ganggang juga akan menyerap karbon dioksida dari udara.

Penelitian bioplastik Roumeli menarik perhatian dari Bichlien Nguyen, Principal Researcher di Microsoft. Dia lalu memberikan hibah pada Roumeli, menggunakan dana dari Microsoft Climate Research Initiative.

Melalui email, Nguyen berkata, “Kami bekerja sama dengan akademisi seperti Eleftheria dan timnya, menggunakan AI dan machine learning demi mempercepat proses riset untuk menghadapi tantangan iklim. Bersama, kita bisa menciptakan material yang lebih sustainable.”

Roumeli tidak hanya mendapatkan hibah dari Microsoft. Laboratorium Roumeli juga mendapatkan hibah sebesar US$150 ribu (sekitar Rp2,3 miliar) dari Meta. Perusahaan induk dari Facebook, Instagram, dan WhatsApp itu tertarik untuk menggunakan bioplastik dari ganggang ini dalam proses produksi komponen elektronik.

Sayangnya, bioplastik buatan laboratorium Roumeli itu masih belum sempurna. Masalah terbesar yang harus diselesaikan oleh tim Roumeli adalah memastikan plastik tersebut anti-air. Meskipun bioplastik ini masih belum sempurna, Roumeli sudah mendaftarkan paten untuk segala sesuatu yang laboratoriumnya telah capai untuk membuat bioplastik tersebut.

Sumber header: Pexels

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *