Presiden Joko Widodo alias Jokowi mengungkap Forestry and Other Land Use (FOLU) Net Sink 2030 di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Iklim COP26 yang diadakan pada November 2021 di Glasgow, Skotlandia. FOLU Net Sink 2030 merupakan target pemerintah untuk membuat serapan gas rumah kaca menjadi lebih tinggi dari tingkat emisi di 2030. Untuk mencapai target tersebut, pemerintah akan melakukan mitigasi untuk meminimalisir emisi gas rumah kaca di sektor lahan dan kehutanan.
Sayangnya, FOLU Net Sink 2030 membutuhkan dana yang tidak sedikit, yaitu sekitar US$14,57 miliar (sekitar Rp218,3 triliun). Sekarang, pemerintah memanfaatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk merealisasikan FOLU Net Sink 2030. Kabar baiknya, pemerintah Amerika Serikat menunjukkan niat baik untuk membantu Indonesia dalam mencapai FOLU Net Sink 2030.
Pada Senin, 17 Juli 2023, United States Agency for International Development (USAID) dan Kementerian Lingkungan HIdup dan Kehutanan (KLHK) menandatangani perjanjian bilateral. KLHK diwaikili oleh Menteri LHK, Siti Nurbaya, sementara USAID oleh Administrator USAID, Samantha Power. Melalui perjanjian ini, USAID menjanjikan dana hingga US$50 juta (sekitar Rp749,2 miliar) selama 5 tahun untuk membantu pemerintah Indonesia merealisasikan FOLU Net Sink 2030.
“Perjanjian bilateral baru ini adalah tindak lanjut dari Fact Sheet Gedung Putih yang dibahas oleh Presiden Jokowi dan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, dalam pertemuan bilateral di KTT G20 di Bali tahun lalu,” kata Siti Nurbaya, dikutip dari Kompas.
Menurut Siti Nurbaya, perjanjian bilateral antara KLHK dan USAID menunjukkan betapa pentingnya peran pendanaan dalam usaha pemerintah Indonesia untuk mengatasi masalah perubahan iklim, khususnya dalam mencapai FOLU Net Sink 2030.
Power dari USAID pun sadar, perjanjian bilateral antara Amerika Serikat dan Indonesia akan bisa membantu pemerintah Indonesia melakukan berbagai kegiatan untuk mengatasi masalah pemanasan global, mulai dari restorasi gambut, rehabilitasi bakau, sampai mencegah degradasi hutan.
“Bantuan dari kami akan mendukung usaha Indoensia dalam tujuh tahun terakhir untuk mengurangi deforestasi hingga dua pertiga,” kata Power. “Dukungan ini juga diharapkan akan bisa membantu Indonesia untuk melestarikan sumber daya vital di hutan Indonesia, yaitu penyerap karbon yang akan punya peran penting dalam mengatasi iklim yang tidak stabil.”
Sementara itu, Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Sung Y. Kim mengungkap harapannya bahwa perjanjian bilateral ini akan memperkuat hubungan antara Indonesia dengan Amerika Serikat. Dana ini juga diharapkan akan bisa memperkuat ketahanan Indonesia akan perubahan iklim, serta melindungi spesies khas Indonesia seperti orangutan.
Sumber header: Wikipedia