90% provinsi di Indonesia belum siap lakukan transisi energi

90% Provinsi di Indonesia Belum Siap Lakukan Transisi Energi

Pemerintah Indonesia sedang berusaha keras untuk mewujudkan transisi energi bersih. Sayangnya, sebagian besar wilayah Indonesia masih belum sepenuhnya siap untuk itu.

Hal ini diungkapkan oleh Center of Economic and Law Studies (CELIOS) dalam laporan barunya yang berjudul “Indeks Kesiapan Transisi Energi Indonesia”.

Direktur Kebijakan Publik CELIOS, Media Wahyudi, mengatakan bahwa kesiapan Indonesia dalam menghadapi perpindahan dari sumber energi fosil ke sumber energi terbarukan masih belum merata.

“Kesiapan energi masih jauh dari kemerataan antarwilayah di mana 90% provinsi di Indonesia belum memiliki kesiapan yang memadai, yakni sekitar 70% (24 provinsi) berstatus sedang dan 20% (7 provinsi) berstatus rendah,” jelas Media.

Beberapa faktor yang menjadi kendala antara lain adalah tingkat konsumsi per kapita, signifikansi keterlibatan perempuan, dan tingkat kerentanan iklim dan energi di tiap daerah.

Bicara soal kesiapan transisi energi, ketersediaan fasilitas pendukung keterampilan merupakan salah satu aspek penting yang harus diperhatikan.

Direktur Eksekutif CELIOS, Bhima Yudhistira, mengatakan bahwa belum meratanya fasilitas pendukung keterampilan dapat membuat daerah sulit mandiri energi, terutama keterampilan yang berkaitan dengan instalasi dan operasi proyek energi terbarukan.

“Pemerintah dan swasta perlu mendorong lebih banyak lagi sekolah keterampilan, sekolah vokasi, perguruan tinggi yang bisa mempersiapkan keahlian masyarakat dalam transisi energi,” tutur Bhima.

Selain masalah keterampilan, kesiapan transisi energi turut dipengaruhi oleh postur anggaran pemerintah yang lebih besar, rendahnya tingkat korupsi, dan keberpihakan melalui kredit ketahanan energi.

Dalam studinya, CELIOS menemukan bahwa semakin tinggi tingkat kerentanan iklim suatu daerah, maka indeks kesiapan transisi energinya sering kali lebih baik.

Hal ini didasarkan pada pengalaman menghadapi kerugian finansial yang besar akibat bencana, yang pada akhirnya menjadi pembelajaran untuk segera mewujudkan transisi ke energi bersih.

Di samping itu, keterlibatan perempuan dalam agenda transisi diyakini juga akan memperkaya pemahaman mendalam tentang kebutuhan energi di level rumah tangga dan komunitas.

Pasalnya, perempuan sering kali memiliki hubungan erat dengan sektor-sektor pekerjaan yang terdampak langsung oleh krisis iklim.

CELIOS berharap laporannya ini dapat membantu memberikan penilaian atas perkembangan infrastruktur energi, kebijakan, dan praktik transisi energi.

Indeks kesiapan transisi energi ini memberikan kebaruan informasi mengenai tantangan dan peluang yang dapat menjadi rujukan bagi pembuat kebijakan dalam merumuskan strategi dan lanskap transisi energi yang lebih berkeadilan.

Gambar header: Freepik.

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *