Strategi mengurangi polusi udara

5 Strategi Negara-Negara Maju untuk Mengurangi Tingkat Polusi Udara

Tidak hanya di Indonesia, polusi udara merupakan isu serius yang melanda banyak negara di dunia. Laporan dari perusahaan Swiss IQAir mencatat bahwa di tahun 2022, cuma 13 dari total 131 negara yang berhasil memenuhi pedoman kualitas udara yang ditetapkan oleh WHO, yang berkaitan dengan konsentrasi partikulat PM2.5.

Sebagai informasi, PM2.5 merupakan istilah yang digunakan untuk mengklasifikasikan partikel udara yang berukuran lebih kecil dari atau sama dengan 2,5 µm (mikrometer). Berdasarkan revisi terbaru pedoman kualitas udara WHO yang dikeluarkan pada tahun 2021, rata-rata tertinggi tingkat emisi tahunan PM2.5 yang direkomendasikan adalah 5 µg/m3.

Melihat kondisi seperti itu, menurunkan tingkat emisi tahunan PM2.5 pun menjadi salah satu agenda terpenting bagi negara-negara di dunia. Pertanyaannya, strategi apa saja yang bisa diadopsi suatu negara guna mengurangi tingkat polusi udara?

1. Penetapan regulasi dan kebijakan lingkungan yang ketat

Pemerintah memegang peran penting dalam penetapan regulasi yang ketat terkait emisi polutan udara dari industri, transportasi, dan sektor-sektor lainnya. Ini dapat meliputi batasan emisi, standar kualitas udara, dan hukuman bagi para pelanggar.

Di sektor industri misalnya, pemerintah bisa menetapkan batas emisi polutan seperti sulfur dioksida, nitrogen oksida, dan partikulat-partikulat lainnya. Sementara di sektor transportasi, pemerintah dapat mewajibkan penggunaan konverter katalitik serta inspeksi kendaraan secara teratur.

Contoh negara yang telah berhasil menerapkan strategi ini adalah Swedia. Pada tahun 2017, negara Skandinavia tersebut menetapkan kerangka kebijakan iklim yang ketat demi menekan angka polusi yang dihasilkan. Saat ini, sekitar 60 persen dari suplai energi nasional Swedia berasal dari sumber energi terbarukan, dan mereka berniat meningkatkan angka tersebut menjadi 100 persen di tahun 2045.

2. Promosi penggunaan energi bersih dan ramah lingkungan

Selain menetapkan regulasi, negara juga bisa mendorong penggunaan energi bersih seperti energi matahari, angin, dan air, serta membatasi penggunaan energi fosil seperti batu bara dan minyak bumi. Inisiatif ini dapat membantu mengurangi emisi polutan dari pembangkit listrik dan transportasi.

Salah satu negara yang sudah sejak lama berfokus pada penggunaan energi bersih adalah Denmark. Tetangga Swedia itu membangun turbin angin komersial pertamanya di tahun 1979, dan di tahun 2020, separuh dari total listrik yang dihasilkan oleh Denmark berasal dari sumber energi angin dan matahari.

Namun menariknya, energi angin dan matahari bukanlah sumber energi terbarukan yang paling banyak dipakai di Denmark. Yang paling populer justru adalah biomassa, yang diperkirakan mencakup lebih dari dua pertiga total energi terbarukan yang dikonsumsi oleh Denmark.

Masih dalam konteks penggunaan energi bersih, negara juga dapat memberikan insentif yang menarik bagi konsumen kendaraan listrik (EV). Contohnya seperti yang dilakukan pemerintah Norwegia, yang hingga tahun 2022 kemarin menetapkan peraturan bebas pajak pembelian untuk kendaraan listrik.

3. Transportasi berkelanjutan

Peningkatan sistem transportasi umum yang efisien dan ramah lingkungan dapat membantu mengurangi jumlah kendaraan pribadi yang beroperasi, yang merupakan salah satu penyebab utama polusi udara di perkotaan. Upaya ini akan semakin ideal ketika dibarengi dengan pembangunan infrastruktur yang memadai bagi pejalan kaki, pesepeda, maupun pengguna moda transportasi lain yang bukan kendaraan bermotor.

Salah satu negara yang paling dipuji sistem transportasi umumnya adalah Belanda. Jaringan bus, trem, kereta, dan kereta bawah tanah yang mencakup hampir seluruh kawasan urban menjadi kunci. Namun yang tidak kalah penting adalah upaya pemerintah Belanda untuk mendorong warganya menggunakan sepeda.

Saat ini diperkirakan sekitar 27% dari total perjalanan warga Belanda ditempuh dengan sepeda, dan angkanya bisa lebih tinggi di beberapa kota, khususnya yang memiliki ‘jalur tol khusus sepeda’. Sejauh ini, Belanda memiliki setidaknya 25 jalur tol sepeda yang sedang dibangun atau sudah beroperasi.

Di Belanda, warga juga bisa mendapatkan tunjangan ekstra hingga €0,19 per kilometer ketika pergi bekerja menggunakan sepeda.

4. Perencanaan kota hijau

Sudah bukan rahasia kalau pelestarian lahan hijau dapat membantu menyerap polutan udara serta meningkatkan kualitas udara di kota-kota. Sayangnya, keberadaan lahan hijau semakin menipis seiring meningkatnya urbanisasi. Namun apakah selamanya harus seperti itu?

Tidak, kalau menurut pemerintah Singapura. Perencanaan kota hijau masih terus menjadi salah satu agenda utama Singapura. Perlahan tapi pasti, Singapura terus menambah cakupan lahan hijaunya. Berdasarkan hasil survei di tahun 2018, sekitar 46,5% dari luas area Singapura (719 km² kala itu) memiliki lahan hijau.

Upaya penghijauan negara sekaligus kota yang padat ini masih terus berlangsung. Saat ini, Singapura tercatat memiliki banyak taman dengan total luas area sebesar 170 hektar. Namun mereka masih belum puas, dan di tahun 2026 nanti, berniat membangun lebih banyak taman lagi dengan luas total lebih dari 130 hektar.

5. Inovasi teknologi pengendalian polusi

Tidak hanya mendorong industri untuk mengadopsi praktik produksi yang lebih ramah lingkungan, negara juga dapat berinvestasi pada sejumlah teknologi untuk mengendalikan tingkat polusi. Inovasi teknologi yang dimaksud pun tidak selamanya harus yang masih sangat baru, tetapi bisa juga yang sudah terbukti viabel dari banyak aspek.

Contohnya seperti yang diterapkan oleh Tiongkok. Tahun 2021 lalu, Tiongkok menerapkan setidaknya 19 teknologi untuk pengendalian polusi udara yang mencakup desulfurisasi, denitrifikasi, penghilangan debu, pengolahan senyawa organik yang mudah menguap, dan teknologi penghilang bau. Pemantauan kualitas udara secara hiperlokal juga menjadi salah satu senjata utama Tiongkok dalam memerangi polusi.

Perlu diingat bahwa setiap negara memiliki situasi dan tantangan uniknya sendiri-sendiri terkait polusi udara, sehingga strategi yang efektif bisa berbeda-beda tergantung pada kondisi lokal. Pengendalian polusi udara yang efektif membutuhkan kombinasi beberapa strategi yang bekerja secara harmonis untuk mencapai peningkatan kualitas udara yang nyata.

Gambar header: Alexei Scutari via Unsplash.

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *