Modalku jalin kerjasama dengan STACS untuk bantu UMKM Indonesia dalam laporan ESG (Environmental, social, and corporate governance) serta peluang pendanaan untuk UMKM yang memiliki upaya berkelanjutan.
Sebagai platform pendanaan digital bagi UMKM di Indonesia, Modalku resmi mengumumkan kerjasama dengan STACS, sebuah perusahaan solusi data dan teknologi Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (Environmental, Social, Governance – ESG) terkemuka di Asia.
Kerjasama ini bertujuan untuk memanfaatkan platform ESGpedia STACS guna mendukung pelaporan ESG dan akses pendanaan berkelanjutan bagi UMKM di Indonesia. Langkah ini diambil sebagai bagian dari strategi untuk mendukung pertumbuhan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta meningkatkan upaya keberlanjutan.
Minimnya keahlian dan kurangnya sumber daya untuk memulai inisiatif keberlanjutan menjadi salah satu alasan kerjasama ini. STACS dan Modalku mengambil langkah proaktif untuk mendukung perjalanan keberlanjutan UMKM, serta mengatasi kesenjangan data ESG UMKM saat ini di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia.
Melalui kolaborasi ini, Modalku mempromosikan platform ESGpedia STACS untuk memudahkan ekosistem UMKM yang tergabung di dalam Modalku memulai perjalanan pelaporan ESG mereka.
Kolaborasi ini juga membuka opsi pendanaan yang berkaitan dengan keberlanjutan, termasuk pendanaan ramah lingkungan bagi UMKM, berdasarkan data yang dikumpulkan di ESGpedia.
Melalui ESGpedia, UMKM di Indonesia bisa mendapatkan akses gratis ke platform digital yang menyederhanakan berbagai standar dan kerangka ESG. Selain itu, data operasional seperti bahan bakar, zat pendingin, dan konsumsi listrik dapat secara otomatis diubah menjadi emisi gas rumah kaca berdasarkan standar Protokol Gas Rumah Kaca (GRK) yang disesuaikan di Indonesia.
Hal ini memungkinkan UMKM dan Modalku untuk mendapatkan informasi dan wawasan yang lebih luas mengenai jejak karbon perusahaan dalam memfasilitasi pengambilan keputusan pendanaan berkelanjutan.
Modalku juga dapat memanfaatkan data ekosistem yang tergabung dalam ESGpedia, berjumlah lebih dari 5 juta yang dikumpulkan dan diselaraskan dengan teknologi AI. Data ESG ini menjadi penting dalam pengambilan keputusan pemberian kredit yang tepat.
Benjamin Soh, Managing Director STACS, mengatakan bahwa pemberdayaan UMKM di seluruh ASEAN adalah kunci untuk mempercepat transisi kawasan menuju Net Zero dan tetap kompetitif dalam rantai pasokan global. Kolaborasi ini merupakan bagian dari inisiatif ASEAN Single Access Point for ESG Data (SAFE) yang dicanangkan oleh Sustainable Finance Institute Asia (SFIA) untuk meningkatkan akses terhadap pendanaan berkelanjutan bagi UMKM di wilayah ini.odal
Peluncuran di Indonesia menyusul kesuksesan peluncuran ESGpedia di negara-negara ASEAN lainnya, seperti Filipina dengan PDS Group pada bulan September, serta di Vietnam dengan Bamboo Capital Group, pada awal bulan Agustus.
Selain memfasilitasi pendanaan berkelanjutan, STACS dan Modalku berencana memberikan edukasi dan bimbingan kepada UMKM melalui kegiatan workshop. Inisiatif ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman mengenai manajemen keberlanjutan di kalangan UMKM dan pada akhirnya membawa perubahan positif di Indonesia.
Grup Modalku memiliki dua pilar keberlanjutan yaitu “Stronger Planet” dan “Stronger People”. Pilar tersebut bertujuan untuk mendukung transisi menuju perekonomian yang lebih hijau di Asia Tenggara dan fokus pada penciptaan ruang yang inklusif, beragam, dan setara bagi para pemangku kepentingan untuk melakukan bisnis secara bertanggung jawab.
Dikutip dari rilis, Arthur Adisusanto, Country Head Modalku, mengatakan, “Modalku berkomitmen menyediakan akses pendanaan bagi UMKM. Kami menyambut baik kerjasama dengan STACS ESGpedia, untuk membawa misi kami selangkah lebih maju dalam memberdayakan UMKM dengan memberikan akses ke platform yang memungkinkan mereka membuka dan membagikan data ESG dengan mudah. Kolaborasi ini juga akan memberikan UMKM Indonesia kemampuan untuk lebih memperhatikan aktivitas mereka serta sumber daya keuangan yang diperlukan untuk berinvestasi pada teknologi ramah lingkungan, mengurangi jejak karbon, dan menerapkan praktik bisnis berkelanjutan.”