Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau belum lama ini memperoleh bantuan dana sebesar 800 miliar rupiah dari Bank Dunia untuk merehabilitasi hutan bakau atau mangrove.
Dana tersebut disalurkan melalui program Mangroves for Coastal Resilience yang sudah berjalan sejak Mei 2022 lalu.
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Riau, Mamun Murod, mengatakan bahwa bantuan dana ini didapat setelah proses seleksi lokasi rehabilitasi selesai dilaksanakan.
“Untuk seleksi lokasi rehabilitasi didasarkan pada usulan dari provinsi sudah dijalankan beberapa bulan lalu, kemudian melalui proses verifikasi sebelum ditetapkan untuk mendapatkan bantuan rehabilitasi tersebut,” ungkap Mamun, seperti dikutip dari Antara.
Mamun menjelaskan bahwa Riau memang dipilih sebagai salah satu provinsi percontohan dalam program rehabilitasi mangrove tersebut.
Anggaran sebesar 800 miliar rupiah itu akan digunakan untuk merehabilitasi lahan mangrove yang tersebar di enam kabupaten dan kota di Riau, dengan luas total sebesar 7.498 hektare.
Adapun keenam daerah yang dimaksud mencakup Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Kepulauan Meranti, Kabupaten Indragiri Hilir, Kabupaten Pelalawan, dan Kota Dumai, masing-masing dengan luas area rehabilitasi yang berbeda-beda.
Lahan terluas yang akan direhabilitasi terletak di Kabupaten Indragiri Hilir, dengan luas 3.660 hektare, disusul Bengkalis dengan 1.400 hektare, Pelalawan 1.309 hektare, Rokan Hilir 674 hektare, Kepulauan Meranti 385 hektare, dan Dumai 70 hektare.
Selain di Riau, rehabilitasi mangrove juga akan dilaksanakan di Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Kalimantan Timur, dan Provinsi Kalimantan Utara.
Indonesia sendiri tercatat memiliki hutan bakau seluas 3,39 juta hektare. Setidaknya seperlima dari total hutan bakau yang ada di dunia dapat ditemukan di Indonesia, dengan Pulau Papua sebagai yang terbanyak.
Hutan bakau atau mangrove merupakan komponen penting dalam ekosistem blue carbon, yang memang terkenal memiliki laju penyerapan karbon yang tinggi.
“Rehabilitasi mangrove merupakan bentuk tugas dan tanggung jawab pemulihan ekosistem mangrove, diharapkan kegiatan Padat Karya Penanaman Mangrove dapat meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar dan juga ekosistem mangrove menjadi semakin lestari,” ujar Mamun.
Dalam pandangannya, Mamun percaya program rehabilitasi mangrove ini tak hanya sekadar menandai komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan, tetapi juga bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat setempat dan berkontribusi besar dalam mewujudkan provinsi Riau yang hijau.
Gambar header: Joel Vodell via Unsplash.