Pada tahun 2022, emisi karbon yang dihasilkan dunia mencapai angka yang cukup mengkhawatirkan: 36 gigaton. Hal ini memicu kesimpulan bahwa mengurangi emisi saja tidak cukup, dan strategi lain yang perlu diambil adalah menghilangkan karbon dioksida (CO2) dari atmosfer.
Terkadang, upaya penghapusan CO2 ini bisa datang tak terduga, contohnya seperti yang dialami Gonzalo Fuenzalida dan perusahaan yang didirikannya, Andes.
Pada awalnya, Andes berfokus memanfaatkan mikroba untuk meningkatkan ketahanan proses budidaya tanaman pertanian. Tanpa disengaja, Andes menemukan mikroba yang mampu membentuk mineral dalam tanah yang mengandung karbon, dan itu langsung memicu perhatian para pendirinya.
Bersama rekan pendirinya, Tania Timmermann-Aranis, Gonzalo mempunyai gagasan unik, yakni memanfaatkan mikroba yang hidup di akar tanaman dalam tanah untuk menghilangkan karbon dioksida dari atmosfer.
Mikroba alami ini dapat diaplikasikan ke tanah dengan mencampurnya dengan pestisida atau solusi perawatan tanah lainnya. Mikroba tersebut kemudian akan menempatkan diri secara strategis di struktur akar tanaman jagung, gandum, dan kedelai.
Setelah tertanam di struktur akar, mikroba ini membantu menghilangkan karbon dioksida melalui tiga tahapan proses.
Pertama, mikroba mengubah karbon dioksida dari akar, bersama dengan air dari tanah, menjadi ion bikarbonat dan proton.
Kedua, mikroba mempercepat proses alami yang dikenal sebagai pelapukan mineral silikat. Proses ini memanfaatkan mineral silikat, salah satu komponen tanah yang paling umum, dan menggunakan proton (yang dihasilkan pada langkah pertama) untuk melepaskan ion bermuatan positif, seperti ion kalsium, dari mineral tersebut.
Ketiga, mikroba mendorong pengendapan mineral karbonat dengan menciptakan lingkungan yang mendukung penggabungan kation yang dihasilkan pada langkah kedua dengan bikarbonat yang dihasilkan pada langkah pertama.
Mineral karbonat ini akan tetap stabil selama ribuan tahun, memerangkap karbon dioksida yang ada di dalamnya. Selama bertahun-tahun, mineral tersebut meresap ke dalam tanah hingga mencapai permukaan air, sebelumnya akhirnya mengalir ke sungai dan laut.
Andes bekerja sama dengan petani, menyediakan mikroba untuk dimasukkan ke dalam solusi perawatan tanah yang sudah ada. Gonzalo menekankan bahwa yang terpenting adalah penggunaan mikroba ini bisa saling menguntungkan bagi tanah dan petani, dan bukan sekadar membantu menyerap karbon saja.
Mikroba ini meningkatkan kesehatan tanah, sehingga meningkatkan hasil panen. Prinsipnya kurang lebih sama seperti pengaplikasian biochar pada tanah.
Sebagai insentif tambahan bagi petani yang berpartisipasi, Andes juga membayar mereka dengan uang hasil penjualan kredit karbon.
Setidaknya untuk sekarang, opsi carbon offsetting yang Andes tawarkan tergolong mahal: lebih dari $100 per ton CO2 yang dihapus. Andes tengah berupaya untuk menurunkan biaya tersebut seiring dengan peningkatan produksi mereka, sebab tantangan terbesar saat ini hanyalah budidaya bakteri yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pertanian.
Tahun lalu, perusahaan ini meningkatkan pasokan bakterinya dari yang sebelumnya menangani 25.000 hektare saja menjadi 50.000 hektare, dan mereka mengatakan masih ada permintaan petani untuk 250.000 hektare lagi.
Terlepas dari potensinya, teknologi ini sama sekali bukan solusi tunggal dan hanya bisa mengatasi sebagian saja dari kelebihan emisi karbon dunia.
Mikroba berkontribusi pada penghapusan antara 1 dan 3 ton CO2 per hektare. Jadi untuk mencapai skala gigaton tadi, diperlukan perluasan ke semua lahan pertanian yang cocok, yang diperkirakan memiliki luas total 400 juta hektare.
Bahkan dengan ekspansi tersebut pun, menghilangkan lebih dari 1 gigaton CO2 dengan teknik ini masih akan tetap menjadi tantangan.
Sumber: Ars Technica.