Microsoft Riset Sistem Cooling Baru untuk Data Center

Microsoft berencana untuk memangkas penggunaan air di data center mereka hingga 95% pada 2024. Tujuan akhir mereka adalah untuk tidak menggunakan air sama sekali. Di 2030, mereka bahkan ingin agar jumlah air yang mereka hasilkan lebih banyak daripada air yang mereka gunakan. Selain itu, Microsoft juga berencana untuk memastikan operasi mereka bisa menjadi karbon negatif di tahun yang sama. Mereka juga punya beberapa program sustainability lain, termasuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

Program sustainability Microsoft fokus pada data center. Karena, data center menghabiskan energi dalam jumlah besar dan menghasilkan panas. Padahal, overheating bisa mempengaruhi performa server di data center. Namun, jika perusahaan memasang AC untuk mendinginkan server, hal ini justru akan meningkatkan penggunaan listrik dan emisi gas rumah kaca.

Salah satu opsi alternatif yang perusahaan punya adalah menggunakan air untuk mendinginkan server. Sayangnya, sekarang, sejumlah data center ada di lokasi yang mengalami kekurangan air.

Menurut Venkatesh Uddameri, Professor dan Director dari Water Resources Center, Texas Tech University, data center biasanya memerlukan air sebanyak 3-5 juta galon, sama seperti kota dengan populasi sebanyak 30-40 ribu orang. Kepada The Verge, Microsoft mengungkap bahwa data center mereka memerlukan air dalam jumlah yang lebih sedikit. Walau, penggunaan air di data center mereka juga tergantung pada lokasi data center itu sendiri.

Saat ini, data center Microsoft menggunakan sistem adiabatic cooling, yang memanfaatkan udara di luar bangunan untuk menurunkan temperatur di dalam. Sistem ini membutuhkan listrik dan air yang lebih sedikit daripada cooling towers. Tapi, ketika suhu di luar ruangan mencapai 30 derajat Celcius, sistem adiabatic cooling menjadi tidak efektif. Biasanya, ketika suhu di laur ruangan mencapai titik tertentu, sistem evaporative cooling, yang memanfaatkan air, akan aktif secara otomatis.

Cara kerja sistem evaporative cooling. | Sumber: Department of Energy

Microsoft mengungkap, mereka punya dua strategi utama untuk menghemat air.

Pertama, mereka menaikkan batas suhu untuk memicu sistem evaporative cooling. Berdasarkan pengamatan internal perusahaan, server mereka masih bisa bekerja di suhu yang lebih tinggi dari sebelumnya. Dengan begitu, di beberapa kawasan yang memang punya suhu rendah, seperti Amsterdam, Dublin, dan Virginia, Microsoft bisa tidak menggunakan air sama sekali untuk mendinginkan server mereka.

Namun, strategi ini tidak akan efektif untuk data center yang terletak di kawasan gurun. Microsoft memperkirakan, di kawasan gurun, menaikkan batas suhu server hanya akan mengurangi konsumsi air hingga 60% di 2024.

Karena itulah, Microsoft akan menggunakan cara baru atau cara kedua untuk mendinginkan server, yaitu dengan memasukkan server ke dalam ruangan berisi cairan fluorocarbon.

Cara kerja dari strategi kedua Microsoft ini sederhana. Cairan fluorocarbon akan menyerap panas yang dihasilkan oleh server. Cairan fluurocarbon akan mendidih di suhu 50 derajat Celcius dan berubah menjadi uap. Uap tersebut lalu akan masuk ke dalam ruangan pendingin. Di sini, uap akan kembali berubah menjadi air, yang akan dialirkan ke ruang server.

Para ahli mengatakan, ide untuk menggunakan cairan fluorocarbon sebagai sistem pendingin memang terlihat menjanjikan. Tapi, mengimplementasikan sistem itu dalam skala besar mungkin akan menjadi tantangan.

Microsoft mengatakan, mereka telah melakukan percobaan sistem immersion cooling pertama dengan di April 2023. Mereka menyebutkan, riset mereka masih dalam tahap awal. Masalahnya, tidak banyak data center yang menggantungkan diri pada sistem immersion cooling.

Sumber header: Microsoft Azure

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *