Sama halnya seperti sedotan kertas, gelas kertas hadir sebagai alternatif untuk mengurangi limbah plastik sekali pakai. Namun penelitian terbaru menunjukkan bahwa gelas kertas yang umum digunakan mungkin memiliki dampak yang tidak diinginkan terhadap lingkungan.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Pollution pada bulan Agustus lalu ini mengungkapkan bahwa banyak gelas kertas yang dilapisi dengan lapisan plastik tipis.
Lapisan ini berfungsi untuk mencegah agar cairan dalam gelas tidak meresap ke dalam kertas, tetapi dapat melepaskan zat-zat beracun.
Studi ini dilakukan oleh tim peneliti dari University of Gothenburg di Swedia. Mereka menguji efek gelas kertas yang terbuat dari berbagai bahan terhadap larva nyamuk.
Gelas-gelas tersebut ditempatkan dalam air bersuhu sedang atau lumpur dan dibiarkan sampai sekitar empat minggu. Setelahnya, larva ditempatkan dalam akuarium yang berisi air atau lumpur yang telah terkontaminasi oleh gelas kertas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan larva terhambat oleh kedua jenis gelas, baik yang terbuat dari kertas maupun plastik.
‘Semua gelas berdampak negatif pada pertumbuhan larva nyamuk,’ ucap salah satu peneliti, Bethanie Carney Almroth, yang juga merupakan profesor ilmu lingkungan di University of Gothenburg.
Pada umumnya, kertas tidak bisa tahan terhadap air atau lemak, sehingga kertas yang digunakan untuk mengemas makanan dan minuman harus dilapisi dengan lapisan pelindung.
Lapisan plastik ini sering kali dibuat dari jenis bioplastik yang disebut polylactide (PLA). Bioplastik diproduksi dari sumber-sumber terbarukan dan dapat terdegradasi secara alami. Namun penelitian ini menunjukkan bahwa PLA pun juga bisa bersifat beracun.
“Bioplastik tidak terurai secara efektif ketika berakhir di lingkungan, di dalam air. Ada risiko bahwa plastik tetap berada di alam dan mikroplastik yang dihasilkan dapat tertelan oleh hewan dan manusia, seperti halnya plastik lainnya. Bioplastik mengandung bahan kimia yang sama banyaknya dengan plastik konvensional,” jelas Bethanie.
Beberapa bahan kimia dalam plastik diketahui bersifat beracun, sementara yang lain masih belum diketahui dampaknya.
Tim peneliti ini tidak melakukan analisis kimia untuk melihat zat apa yang terlepas dari gelas kertas ke air dan merusak larva, tetapi mereka menduga bahwa itu adalah campuran berbagai bahan kimia.
Saat ini, PBB sedang berusaha untuk membuat kesepakatan yang mengikat guna mengakhiri penggunaan plastik. Bethanie sebagai salah satu anggota dewan ilmuwan yang terlibat dalam upaya ini menegaskan bahwa produksi plastik harus segera dikurangi.
Ia bersama kolega-koleganya pun juga memperingatkan agar kesalahan masa lalu tidak terulang, yang berujung pada digantikannya produk plastik dengan produk lain yang juga memiliki dampak buruk pada lingkungan.
Mengingat perubahan tren dari plastik ke kertas dalam pengemasan makanan dan minuman, penting untuk terus memeriksa bahan-bahan alternatif ini dan mencari cara yang lebih berkelanjutan untuk mengurangi dampaknya pada lingkungan.
Gambar header: Freepik.