Persiapan Indonesia untuk Menghadapi Kekeringan Akibat El Nino

Tahun ini, Indonesia terancam mengalami kekeringan selama musim kemarau karena El Nino. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), El Nino merupakan femonea ketika Suhu Muka Laut (SML) di Samudra Pasifik bagian tengah mengalami peningkatan. Hal ini membuat pertumbuhan awan di bagian tengah Samudra Pasifik meningkat. Alhasil, curah hujan di Indonesia pun turun.

Agustus dan September diperkirakan menjadi puncak dari kekeringan di Indonesia. Selain menyebabkan kekeringan, El Nino juga bisa membuat jadwal musim hujan di Indonesia mundur, ungkap Pelaksana Tugas Deputi Bidang Klimatologi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Ardhasena Sopaheluawakan.

“Bulan November 2023, Indonesia diprediksi akan memasuki musim hujan secara perlahan. Sehingga, dampak kekeringan akibat kemarau dan El Nino akan berkurang secara perlahan,” kata Ardhasena pada Kompas.id.

Untuk mengantisipasi kekeringan akibat El Nino, Kementerian Pertanian (Kementan) telah mempersiapkan beberapa hal. Salah satunya, membagi wilayah di Indonesia ke dalam tiga zona: hijau, kuning, dan merah.

Wilayah yang masuk dalam zona merah berarti ia tidak memiliki air selama musim kemarau. Sementara zona kuning memiliki ketersedian air, tapi jumlahnya pas-pasan. Dan zona hijau berarti sebuah wilayah punya cadangan air yang bisa digunakan saat musim kemarau.

Air terjun Parangloe di Gowa, Sulawesi Selatan. | Sumber: Digides

Kabupaten Gowa yang terletak di Sulawesi Selatan masuk dalam kategori zona hijau. Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, Gowa memiliki lahan pertanian dengan luas hampir 209 hektare, dengan keteresdiaan air melimpah. Karena itulah, pemerintah mencoba untuk meningkatkan jumlah panen dari kawasan tersebut, dari dua kali panen dalam setahun, menjadi tiga atau bahkan empat kali panen setahun.

“Makassar pun ada daerah hijaunya. Daerah hijau itu berarti dekat dengan sungai, ada danaunya, ada sumber mata air, dan lain-lain,” kata SYL, dikutip dari Kompas. “Makanya itu di-booster, diperkuat di situ.”

Berdasarkan inventaris yang dilakukan oleh Kementan, total luas wilayah di Indonesia yang masuk dalam zona hijau mencapai 500 hektare. Wilayah tersebut diperkirakan akan menghasilkan 3 juta ton gabah, yang dapat menjadi 1,5 juta ton beras.

SYL menjelaskan, El Nino dapat menyebabkan produksi beras berkurang. Jika dampak El Nino cukup parah, Indonesia akan kekurangan produksi beras sekitar 1,2 juta ton. Sementara jika dampak El Nino tidak terlalu buruk, kekurangan produksi beras diperkirakan akan mencapai 880 ribu ton.

“Kalau agak dahsyat, kita kehilangan 1,2 juta ton. Untuk itu, kita coba siapkan 1,5 juta ton. Sekali lagi, El Nino boleh datang. Tapi, untuk menyerah juga jangan terlalu berlebihan,” ungkap SYL.

Sumber header: Pexels

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *