Indonesia tengah menghadapi tantangan dalam meningkatkan produktivitas sektor pertanian sebagai salah satu pilar utama ekonomi.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) berdasarkan harga berlaku (ADHB) pada tahun 2022 mencapai 12,4%.
Angka tersebut turun 0,88% dibanding tahun sebelumnya, dan penurunan ini dipicu oleh produktivitas industri pertanian yang masih rendah, terlepas dari status Indonesia sebagai produsen padi terbesar di Asia Tenggara.
Faktor utama yang berkontribusi pada rendahnya produktivitas pertanian di Indonesia meliputi teknologi pertanian yang tertinggal dan pengelolaan lahan yang tidak optimal.
Adopsi teknologi modern yang dapat meningkatkan keberhasilan panen di kalangan petani dan pelaku industri masih minim.
Untuk mengatasi tantangan semacam ini di sektor pertanian, salah satu solusi yang bisa diambil adalah memanfaatkan data satelit, contohnya seperti yang dilakukan oleh PT Inagro Cipta Nusantara.
Perusahaan agroindustri asal Bogor tersebut baru-baru ini bermitra dengan DataFarming, perusahaan agriteknologi asal Australia.
DataFarming mengembangkan Digital Agronomist, sebuah platform yang dirancang untuk menyediakan peta pertanian dari satelit dengan indeks vegetasi (NDVI) yang memantau lahan pertanian atau perkebunan dengan citra yang diperbarui setiap lima hari.
Digital Agronomist dapat mendeteksi problem di lapangan, termasuk kekeringan dan masalah kualitas lahan, memberikan wawasan yang berharga dari data spasial dan peta pertanian.
Dengan memanfaatkan platform ini, petani dan pelaku industri dapat menghemat waktu dan biaya dengan mengidentifikasi area yang membutuhkan pengujian lahan atau tanah, serta menargetkan solusi seperti pupuk atau air secara lebih optimal.
Direktur Utama DataFarming, Tim Neale, optimistis akan relevansi data berbasis satelit dengan kondisi lapangan yang ada di Indonesia.
“Dengan banyaknya satelit yang mengelilingi bumi saat ini, kami dapat melihat banyak hal dari atas … Mulai dari memonitor pertumbuhan padi setiap beberapa harinya, hingga kesehatan tanaman kelapa sawit,” tutur Tim, seperti dikutip dari siaran pers.
CEO Inagro Cipta Nusantara, Dedi Rahadian, menjelaskan bahwa kemitraan ini merupakan bentuk komitmen mereka dalam menumbuhkan sektor pertanian di Indonesia.
“Dengan solusi pertanian presisi yang dimiliki oleh DataFarming, kami dapat melihat lahan-lahan pertanian yang membutuhkan perhatian khusus, sehingga kami dapat membantu perusahaan-perusahaan dan pelaku industri pertanian dalam mengembangkan, mengelola, serta memperbaiki kinerja dan produktivitas lahan mereka,” jelas Dedi.
Kerja sama antara Inagro Cipta Nusantara dan DataFarming diharapkan dapat menjadi contoh kemitraan yang sukses, mendorong peningkatkan produktivitas pertanian Indonesia, serta meningkatkan daya saing produk pertanian Indonesia di pasar global.
Gambar header: Freepik.