Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kembali menggelar rapat tahunannya untuk membahas isu iklim. Acara yang dikenal secara resmi dengan nama COP28 itu menjadi saksi atas pengumuman komitmen baru dari berbagai negara, tidak terkecuali Indonesia.
Spesifiknya adalah Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) yang meluncurkan Peta Jalan Menuju Kota Nol Emisi Karbon Nusantara Regionally and Locally Determined Contribution (RLDC) pada COP28.
Antara melaporkan bahwa Bambang Susantono selaku Kepala OIKN melihat ini sebagai momen yang bersejarah. Pasalnya, IKN menjadi kota pertama di Indonesia yang memiliki RLDC.
Menurut Bambang, dokumen Nusantara’s Net Zero Emission Strategy tersebut menegaskan komitmen IKN untuk ikut ambil bagian dalam upaya global mengakselerasi aksi iklim.
Bambang tidak lupa menekankan bahwa ibu kota baru Indonesia itu tidak hanya akan sebatas menjadi kota yang hijau saja, melainkan juga menjadi model untuk masa depan yang berkelanjutan.
Hal ini dapat dilihat dari target ambisiusnya untuk menjadi kota dengan nol emisi karbon (net zero emission), sebuah kondisi yang dapat tercapai ketika emisi karbon yang dihasilkan sama dengan kapasitas penyimpanan atau bahkan kurang dari itu.
Untuk bisa mencapai target ambisius tersebut, tentunya ada beberapa langkah yang harus diambil, di antaranya adalah proses reforestasi secara masif, peremajaan dan pelestarian ekologi di Nusantara.
Lebih lanjut, sekitar 65 persen dari luas daratan Nusantara yang mayoritas ditutupi tanaman monokultur juga akan dikonversi menjadi hutan tropis yang asri.
Sementara itu, area urban akan memanfaatkan teknologi untuk memastikan manajemen sumber daya alam yang efisien sembari menerapkan inovasi solusi berbasis alam.
Wacana yang diusulkan mencakup menjadikan Nusantara sebagai ‘kota spons’ untuk memastikan ketersediaan air, pengurangan bahaya banjir, serta pelestarian ekologi.
Semua itu dinilai sejalan dengan target Indonesia dalam upaya pengurangan emisi hingga tahun 2060.
“Dalam kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan, Otoritas Ibu Kota Nusantara menyiapkan langkah kami untuk mentransformasi target ambisius kami menjadi aksi yang spesifik dan terukur,” ungkap Bambang, seperti dikutip dari Antara.
Peta jalan Nusantara RLDC sendiri berfokus pada lima sektor, yaitu kehutanan dan penggunaan lahan (forestry and other land use/FOLU), energi, agrikultur, pengelolaan sampah, dan industri.
Dokumen ini menetapkan target pengurangan emisi sebesar 1,1 juta ton karbon dioksida (MtCO2) pada 2045. Ada pula target yang lebih ambisius dalam skenario lain, yang memproyeksikan pengurangan emisi sebesar 1,6 juta ton.