Setelah hampir dua minggu perundingan yang sengit, COP28 akhirnya menetapkan kesepakatan baru untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil.
Kesepakatan ini disetujui oleh perwakilan dari hampir 200 negara yang hadir, menandakan momen yang cukup historis di sepanjang sejarah Conference of the Parties (COP).
Presiden COP28, Sultan Al Jaber, menyebut kesepakatan tersebut “bersejarah”, tetapi ia juga mengingatkan bahwa kunci kesuksesannya bergantung pada implementasinya.
“Kita adalah apa yang kita lakukan, bukan apa yang kita katakan. Kita harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengubah kesepakatan ini menjadi tindakan nyata,” ucap Al Jaber di hadapan para peserta sidang, seperti dikutip dari Reuters.
Menteri Iklim dan Energi Denmark, Dan Jorgensen, terpukau dengan keputusan yang diambil.
“Kita berdiri di sini di negara minyak, dikelilingi oleh negara-negara minyak, dan kita membuat keputusan dengan mengatakan mari kita beralih dari minyak dan gas,” ujarnya.
Menanggapi pengambilan kesepakatan ini, Antonio Guterres selaku Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ikut menyuarakan pendapatnya.
“Suka atau tidak suka, penghentian penggunaan bahan bakar fosil tidak bisa dihindari. Semoga saja ini tidak terlambat,” tulis Guterres dalam sebuah cuitan.
The moment history was made.
⁰Everyone came together from day one. Everyone united, everyone acted and everyone delivered. pic.twitter.com/KYsRN6Bu4K— COP28 UAE (@COP28_UAE) December 13, 2023
Secara spesifik, kesepakatan ini secara khusus menyerukan “peralihan dari bahan bakar fosil dalam sistem energi, dengan cara yang adil, tertib, dan adil… untuk mencapai net zero pada 2050 sesuai dengan sains.”
Juga tercantum dalam dokumen kesepakatannya adalah peningkatan tiga kali lipat kapasitas energi terbarukan secara global pada tahun 2030, percepatan upaya mengurangi penggunaan batu bara, dan mempercepat teknologi seperti penangkapan dan penyimpanan karbon yang dapat membersihkan industri yang sulit didekarbonisasi.
Meski tidak ada arahan yang benar-benar spesifik untuk menghapuskan penggunaan bahan bakar fosil (seperti yang banyak diharapkan sebelumnya), kesepakatan ini setidaknya akan mendorong negara-negara untuk memperbarui kebijakan dan rencana investasinya.
Sebelumnya, lebih dari 100 negara mendesak adanya kesepakatan untuk menghapus penggunaan bahan bakar fosil. Di saat yang sama, hal ini mendapat penentangan dari Arab Saudi, yang berpendapat bahwa emisi karbon tetap bisa dipangkas tanpa harus mengeliminasi sumber daya tertentu.
Perdebatan dua kubu ini memaksa perhelatan COP28 hingga molor dari jadwal yang ditetapkan, yang semestinya rampung pada tanggal 12 Desember 2023.