Presiden Joko Widodo baru saja meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata, yang diklaim sebagai PLTS terapung terbesar di Asia Tenggara.
Dalam sambutannya yang disiarkan secara langsung di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Jokowi mengungkapkan bahwa peresmian ini merupakan momen bersejarah karena mimpi besar Indonesia untuk membangun pembangkit energi baru terbarukan (EBT) dalam skala besar akhirnya dapat terlaksana.
“Kita berhasil membangun salah satu pembangkit listrik tenaga surya terapung yang terbesar di Asia Tenggara dan nomor tiga di dunia,” ucap Jokowi seraya mendapatkan aplaus dari audiens yang hadir.
Jokowi tidak lupa menyinggung soal tantangan cuaca yang berpotensi menghambat kinerja sistem pembangkit listrik semacam ini, namun ia optimistis tantangan itu dapat diatasi dengan teknologi yang sudah ada, salah satunya teknologi smart grid.
Lebih lanjut, Jokowi menuturkan bahwa tantangan lain seperti lokasi sumber EBT yang jauh dari pusat kebutuhan listrik juga dapat diatasi dengan pembangunan infrastruktur.
“Bisa kita atasi, kita bisa bangun solusinya dengan transmission line yang nantinya setiap potensi EBT di Sumatera, di Kalimantan, dan Sulawesi bisa kita salurkan ke pusat ekonomi,” jelas Jokowi.
Meski tidak disebut secara eksplisit, besar kemungkinan transmission line yang dimaksud adalah proyek jaringan listrik lintas 4 pulau besar yang juga dikenal dengan nama “Indonesia Supergrid”.
Potensi PLTS Terapung Cirata
Sebelumnya, Pelaksana Harian (Plh) Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM, Endang Sutisna, sempat menjabarkan potensi yang dimiliki PLTS Terapung Cirata.
Dijelaskan bahwa PLTS terapung ini memiliki kapasitas 145 MW atau setara 192 MWp, menempati area waduk seluas 200 hektare, dan memiliki tarif kompetitif 5,8 sen dolar Amerika Serikat per kWH.
Pengembangannya juga memanfaatkan sejumlah inovasi untuk mengatasi kedalaman waduk 80-100 meter, kemiringan 5-20 derajat, dan variasi level elevasi air waduk hingga 15 meter.
PLTS Terapung Cirata juga menggunakan desain khusus untuk anchoring dan mooring dengan dasar waduk yang berlumpur.
“Dalam pembangunannya melibatkan komunitas lokal sebanyak kurang lebih 1.400 pekerja dari komunitas lokal sekitar proyek dan UMKM,” ungkap Endang, seperti dikutip dari Antara.
PLTS Terapung Cirata ini merupakan proyek strategis nasional milik PT PLN Nusantara Power. Realisasinya sekaligus menjadi etalase percepatan transisi energi dalam mendukung pencapaian target net zero emission (NZE) dan rencana umum penyediaan tenaga listrik (RUPTL) PLN.
Estimasinya, PLTS Terapung Cirata akan memberikan kontribusi dalam bentuk energi hijau sebesar 245 GWh per tahun, serta reduksi emisi CO2 sebesar 214.000 ton per tahun.