PLTN pertama Indonesia akan beroperasi 2032

PLTN Pertama Indonesia Ditargetkan Beroperasi pada 2032

Realisasi pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Indonesia semakin jelas seiring dirumuskannya draf revisi Rancangan Peraturan Pemerintah Kebijakan Energi Nasional (RPP KEN) terbaru.

Dalam draf yang dirumuskan oleh Dewan Energi Nasional (DEN) tersebut, transisi energi ditarget dapat mencapai puncak emisi antara 2030 hingga 2040, sementara PLTN ditargetkan bakal beroperasi pada 2032.

Target ini selaras dengan yang diungkapkan sebelumnya oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), yang mengatakan bahwa Indonesia bakal mempunyai PLTN pertama pada tahun 2030-an.

Lebih lanjut, Kompas.com melaporkan bahwa RPP KEN memproyeksikan kapasitas produksi sebesar 250 megawatt (MW) untuk PLTN yang akan mulai beroperasi sembilan tahun dari sekarang itu.

Menariknya, PLTN kini tidak lagi dipandang sebagai opsi terakhir dalam upaya mencapai target emisi nol bersih (net zero emission). Target bauran energi terbarukan (EBT) dalam RPP KEN pun turut direvisi.

Saat ini, target porsi EBT dalam bauran energi nasional berada di kisaran 17 sampai 19 persen pada 2025. Lompat ke 2060, porsi EBT ditargetkan mencapai angka 70 hingga 72 persen.

Berdasarkan penjelasan Kepala Biro Fasilitasi Kebijakan Energi dan Persidangan DEN, Yunus Saefulhak, target-target dalam RPP KEN yang lama untuk tahun 2025 sulit dicapai karena mengasumsikan pertumbuhan makro di angka 7 hingga 8 persen.

Pada kenyataannya, pertumbuhan ekonomi di tengah jalan justru melambat dan tidak sempat menyentuh angka 7 persen.

Sinyal pengembangan PLTN di Indonesia sebenarnya sudah beberapa kali diutarakan oleh sejumlah badan pemerintah.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pun sebelumnya juga sempat mengungkapkan target operasional PLTN pada tahun 2032, dengan target peningkatan kapasitas hingga sebesar 9 gigawatt (GW) pada 2060.

Nuklir sendiri merupakan salah satu sumber energi alternatif dengan output yang bersih. Menurut data dari International Energy Agency (IEA), nuklir saat ini menyumbang sekitar 10% dari produksi listrik secara global.

Pada konferensi iklim COP28 yang digelar di Dubai belum lama ini, sebanyak 22 negara sepakat untuk meningkatkan kapasitas energi nuklir hingga tiga kali lipat pada tahun 2050.

Gambar header: Lukáš Lehotský via Unsplash.

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *