Sekitar 95 persen dari semua modul panel surya yang dipasarkan saat ini menggunakan silikon sebagai material semikonduktornya.
Ke depannya, hal itu bisa saja berubah. Salah satu kandidatnya adalah perovskit, sebuah mineral berstruktur kristal yang memiliki kandungan kalsium titanium oksida (CaTiO3).
Perovskit dapat mengubah cahaya menjadi energi listrik, akan tetapi tingkat efisiensinya masih kalah dari silikon, dan ia juga rentan terhadap kelembapan.
Namun itu tidak mencegah sebuah startup asal Jepang bernama EneCoat Technologies untuk terus bereksperimen dengan perovskit.
Pada akhirnya, mereka pun berhasil menciptakan modul panel surya yang sangat tipis dan fleksibel dari perovskit, yang bahkan dapat disematkan pada permukaan yang melengkung.
Produk ini diklaim mampu menghasilkan listrik dalam kondisi minim cahaya, bahkan di dalam ruangan sekalipun.
Berdasarkan laporan The Wall Street Journal (WSJ), EneCoat berencana untuk memulai tahap produksi komersial panel surya perovskit ini pada akhir 2024.
“Kami ingin memulai dengan mengincar tempat-tempat yang tidak mungkin diisi oleh panel silikon. Menurut kami ada pasar yang lebih besar di sana,” ucap Tamotsu Horiuchi, Chief Technology Officer (CTO) EneCoat, kepada WSJ.
Upaya EneCoat ini mendapat dukungan penuh dari pemerintah Jepang. Sebelumnya, Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, telah berjanji untuk menjadikan teknologi perovskit viabel secara komersial dalam waktu dua tahun.
Tidak tanggung-tanggung, pemerintah Jepang mengalokasikan anggaran sebesar lebih dari $400 juta untuk membantu perusahaan-perusahaan meningkatkan produksinya.
Sebagai perbandingan, Departemen Energi AS memiliki program senilai $29 juta pada tahun fiskal 2022 untuk teknologi surya, termasuk halnya perovskit.
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, salah satu kelemahan perovskit adalah strukturnya dapat terdegradasi apabila berada di kondisi lembap.
Di sinilah perusahaan Jepang lain bernama Sekisui Chemical berperan. Mereka mengembangkan semacam material perekat (sealant) yang memungkinkan sel perovskit untuk beroperasi hingga selama sepuluh tahun.
Saat ini, rantai pasok panel surya silikon didominasi oleh Tiongkok. International Energy Agency (IEA) memperkirakan lebih dari 80 persen rantai pasok globalnya dikendalikan oleh Tiongkok.
Hal ini tidak mengejutkan mengingat Tiongkok telah menginvestasikan lebih dari $50 miliar untuk mendongkrak kapasitas produksi sel fotovoltaiknya.