Penjualan mobil listrik berbasis baterai secara global naik 55% pada tahun 2022. Secara keseluruhan, kendaraan listrik memegang 14% pangsa pasar dari total penjualan kendaraan roda empat.
Pertumbuhannya jelas signifikan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Sayangnya, di kawasan Asia Tenggara, tingkat adopsi mobil listrik masih sangat rendah, yakni hanya sekitar 2% dari total penjualan di tahun 2022.
Di Indonesia, kesenjangannya malah lebih kentara lagi. Indonesia merupakan pasar otomotif terbesar ke-14 di dunia, dengan total satu juta mobil terjual pada tahun 2022. Namun dari jumlah sebanyak itu, hanya 1% yang merupakan mobil listrik.
Temuan ini berdasarkan laporan dari ABeam Consulting yang berjudul “Revving Up the Transition to Battery Electric Vehicles in Indonesia” yang membahas mengenai tren pasar mobil listrik di Indonesia. Kalau bicara tingkat adopsi mobil listrik, Indonesia masih kalah dari negara-negara tetangga seperti Singapura dan Thailand.
Terlepas dari itu, penjualan mobil listrik di Indonesia tetap mengalami pertumbuhan yang pesat dalam setahun terakhir.
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), mencatat peningkatan pertumbuhan sebesar 1.400% pada tahun 2022 dibanding tahun 2021.
Jumlah model mobil listrik yang dipasarkan pun juga bertambah dari 5 menjadi 9 model. Meski begitu, angka ini jelas tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan lebih dari 150 model mobil berbahan bakar minyak yang tersedia di pasar tanah air.
Faktor-faktor yang mendorong pertumbuhan penjualan mobil listrik di Indonesia antara lain adalah harga yang semakin terjangkau dan penyebaran infrastruktur.
2022 menjadi saksi atas diluncurkannya mobil listrik dengan harga paling terjangkau di pasar Indonesia, yakni Wuling Air ev yang dibanderol kisaran harga Rp250 jutaan.
Model ini terbukti laku keras dan terjual sebanyak lebih dari 8.000 unit berdasarkan data Gaikindo. Di bawah Wuling, ada Hyundai yang berhasil menjual lebih dari 2.000 unit mobil listrik di tahun 2022.
Dari segi penyebaran infrastruktur, laporan ABeam mencatat bahwa per Desember 2022, ada sekitar 800 stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) yang tersebar di lebih dari 500 lokasi di Indonesia. Sekitar 70% dari total SPKLU tersebut merupakan milik PLN.
Dampak adopsi mobil listrik
Namun pertanyaan yang lebih penting untuk dijawab adalah apakah pertumbuhan penjualan mobil listrik ini berdampak positif pada pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK)?
Sektor transportasi adalah penyumbang terbesar kedua emisi GRK Indonesia setelah sektor energi. Sejak tahun 2000, emisi GRK dari sektor transportasi tercatat telah mengalami peningkatan sebesar 120%, dan transportasi darat bertanggung jawab atas separuh dari kenaikan tersebut.
Mobil listrik sudah sejak lama dianggap sebagai salah satu solusi utama untuk mengurangi emisi GRK di sektor transportasi. Namun pada praktiknya, efektivitasnya bergantung pada dari mana sumber energi listriknya berasal.
Indonesia, seperti yang kita ketahui, banyak mengandalkan batu bara dalam produksi listriknya. Sekitar 65% dari total listrik yang dihasilkan di negara ini berasal dari pembakaran batu bara, yang berarti ada emisi karbon dalam jumlah besar yang juga dihasilkan.
Alhasil, dampak penggunaan mobil listrik terhadap pengurangan emisi GRK di Indonesia tidak sebesar di negara lain yang listriknya berasal dari sumber yang lebih ramah lingkungan.
Analisis yang dilakukan ABeam Consulting menunjukkan bahwa jika dibandingkan dengan mobil berbahan bakar minyak, mobil listrik di Indonesia baru akan bisa membantu mengurangi emisi GRK setelah menempuh jarak sekitar 80.000 km.
Mengingat Indonesia baru berniat menyetop operasional pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara pada tahun 2058, ABeam menilai penggunaan mobil bermesin hybrid justru bisa lebih meminimalkan emisi GRK ketimbang mobil listrik, setidaknya dalam jangka pendek hingga tahun 2030.
Kendati demikian, adopsi mobil listrik tetap memiliki manfaat, utamanya dalam mengurangi angka impor minyak.
Proyeksi yang dibuat oleh Indonesia Battery Corporation (IBC) menunjukkan bahwa pengadopsian 1 juta mobil listrik dan 12 juta sepeda motor listrik dapat mengurangi besaran impor minyak Indonesia hingga 23 juta barel pada tahun 2035.
Kalau dihitung berdasarkan harga minyak mentah global pada bulan Agustus 2023 kemarin, angka tersebut setara dengan $1,7 miliar.
Gambar header: Freepik.