Isu seputar Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (LST) atau biasa juga dikenal dengan Environmental, Social, and Governance (ESG) kerap mencuri perhatian masyarakat dan pemerintah dalam beberapa tahun terakhir.
Hal ini juga tercermin dalam debat cawapres yang digelar pada 21 Januari lalu, yang membahas topik-topik seputar kelestarian lingkungan, transisi energi, dan keberlanjutan.
Kesadaran masyarakat Indonesia terhadap isu-isu lingkungan dan LST secara luas sejatinya sudah tergolong tinggi. Hal ini menjadi topik analisis utama dalam laporan terbaru yang dibuat oleh lembaga riset Continuum-INDEF dan Populix.
Survei Populix menemukan bahwa, secara umum, responden sudah memiliki pengetahuan dan kesadaran yang tinggi pada topik dan isu-isu LST.
Kendati demikian, persepsi responden dalam menilai kebijakan dan upaya pemerintah dalam isu LST cenderung lebih rendah.
Dari topik lingkungan, isu kendaraan listrik memiliki persepsi yang positif, akan tetapi keinginan untuk beralih dan meninggalkan bahan bakar fosil masih rendah di antara para responden.
Sementara untuk topik sosial, ketenagakerjaan menjadi isu yang mencuri perhatian masyarakat. Responden cenderung menilai bahwa kondisi pasar kerja di Indonesia belum terlalu baik.
Pada topik tata kelola, pengetahuan mengenai isu korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) sudah baik, tetapi persepsi terhadap upaya pemerintah dalam memerangi KKN masih cenderung kurang efektif.
“Perbedaan dalam tingkat pendidikan dan status ekonomi menghadirkan nuansa yang menarik dalam pemahaman terhadap isu-isu LST,” jelas Nazmi Haddyat Tamara, Social Research Manager Populix, dalam siaran pers.
“Responden dengan tingkat pendidikan lebih tinggi menunjukkan pemahaman yang lebih mendalam terkait topik ketenagakerjaan dan keamanan siber. Begitu juga pada tingkat ekonomi, dimana responden dengan ekonomi tinggi lebih proaktif dalam menghadapi polusi udara dengan langkah-langkah perlindungan diri yang lebih lanjut,” lanjutnya.
Selama periode observasi Oktober-November 2023, mobil listrik menjadi pusat perhatian dalam perbincangan seputar lingkungan, mengungguli topik-topik lain seperti polusi udara dan energi terbarukan.
Meskipun responden cenderung melihat kendaraan listrik sebagai solusi potensial untuk meningkatkan kualitas udara, mayoritas masih belum punya rencana untuk mengadopsi kendaraan listrik dalam rutinitas hariannya.
Selain itu, polusi udara menjadi perhatian utama dengan fokus pada kondisi udara di Jakarta, dampaknya, dan perasaan masyarakat terhadap isu tersebut.
Meskipun ada persepsi bahwa kondisi udara di Jakarta telah membaik, perbedaan pandangan muncul antara hasil survei dan analisis media sosial.
Faktor ekonomi pun juga memainkan peran, dengan responden berpendapatan tinggi memiliki akses ke lingkungan yang lebih bersih.
Sementara itu, kesadaran akan kesehatan cenderung tinggi di kalangan responden. Hal ini tercermin dalam tindakan proaktif responden, seperti misalnya menggunakan masker.
Responden dengan tingkat ekonomi tinggi bahkan mampu melibatkan langkah perlindungan diri tambahan, seperti membeli air purifier.
Dalam konteks energi terbarukan, perbincangan mencakup dukungan terhadap energi baru terbarukan (EBT) dan pemanfaatan limbah cair sawit sebagai EBT.
Meskipun masih sedikit responden yang menerapkan energi terbarukan secara mandiri, responden menunjukkan kecenderungan positif untuk mengadopsi energi terbarukan di masa depan.
Di saat yang sama, sebagian lainnya mengeskpresikan ketidaksetujuan terhadap efektivitas upaya pemerintah dan industri dalam mempromosikan sumber energi terbarukan.
Gambar header: Freepik.