Ada banyak solusi yang bisa diterapkan untuk mengurangi dampak pemanasan global, baik yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam konteks solusi jangka pendek, ada satu opsi yang terdengar sangat menarik sekaligus praktis, yakni mengecat gedung-gedung dan atap rumah dengan warna putih.
Cat putihnya tentu bukan sembarang cat, melainkan hasil temuan Xiulin Ruan, seorang profesor teknik mesin di Purdue University. Pada tahun 2021, ia bersama timnya berhasil menciptakan cat dengan warna paling putih yang pernah ada. Saking putihnya, permukaan yang dilapisi cat ini dapat memantulkan hingga 98% cahaya yang datang.
Jika dipakai untuk mengecat gedung atau atap rumah misalnya, cat ini bisa membantu mendinginkan suhu di dalam bangunannya. Berdasarkan klaim sang profesor, suhu dalam ruangannya bahkan bisa turun sampai 8° F di siang hari, dan sampai 19° F di malam hari. Dilihat dari sudut pandang yang lebih luas, pengaplikasian cat ini dapat menurunkan tingkat penggunaan AC hingga 40 persen, yang berarti ada energi dalam jumlah signifikan yang bisa dihemat.
Menggunakan cat putih untuk menurunkan suhu di dalam ruangan bukanlah suatu konsep baru, dan berdasarkan laporan Insider, pemerintah kota New York bahkan sudah menerapkannya sejak tahun 2018. Namun jika dibandingkan dengan cat super-putih temuan Xiulin Ruan ini, efeknya tidak terlalu signifikan. Pasalnya, kebanyakan cat putih komersial hanya mampu memantulkan cahaya sebanyak 80-90% dan tidak mampu membuat suatu permukaan jadi lebih dingin daripada sekitarnya.
Oke, anggaplah catnya bekerja sesuai desain, lalu berapa banyak cat super-putih yang kita butuhkan agar bisa membantu mengurangi dampak pemanasan global? Cukup banyak tentunya. Berdasarkan kalkulasi Jeremy Munday, seorang profesor teknik elektro dan komputer di University of California, Davis, catnya harus bisa melapisi sekitar 1-2% dari permukaan Bumi.
Di titik itu, Bumi tidak lagi menyerap lebih banyak panas daripada yang dikeluarkannya, yang berujung pada stabilisasi suhu global. Problemnya, 1-2% dari 510 juta km² (luas permukaan Bumi) itu sangat luas, kurang lebih sekitar separuh luas gurun Sahara.
Tantangan lainnya berkaitan dengan jejak karbon yang dihasilkan untuk memproduksi cat super-putihnya itu sendiri, sebab cat ini memiliki kandungan barium sulfat, yang bahan-bahannya harus ditambang. Itulah mengapa solusi semacam ini lebih pantas dikategorikan sebagai solusi jangka pendek.
Setidaknya untuk sekarang, cat paling putih ini masih perlu waktu pengembangan lebih lanjut sekitar satu tahun sebelum bisa dikomersialisasikan. Selain cat versi standarnya, kabarnya juga ada versi lebih tipis yang didesain untuk penggunaan pada mobil.