Isu mengenai perubahan iklim memicu kekhawatiran bagi banyak orang. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Illuminate Asia belum lama ini, 93 persen masyarakat Indonesia mengaku khawatir terhadap dampak perubahan iklim.
Namun survei tersebut juga mengungkap data yang cukup menarik, yakni adanya sekitar 82 persen masyarakat Indonesia yang merasa bahwa dampak perubahan iklim masih bisa diatasi.
Hal ini menarik karena kenyataan yang terjadi di lapangan agak berbeda, sebab seperti yang dinyatakan oleh PBB, ada banyak dampak dari perubahan iklim yang tidak lagi bisa diperbaiki. Dengan kata lain, tingginya optimisme masyarakat soal ini bisa menjadi sebuah hal yang membahayakan.
Haris Rahmanto, Country Head Illuminate Asia, melihat hal ini sebagai sebuah fenomena psikologis yang dikenal dengan istilah bias optimisme.
“Bias optimisme adalah istilah psikologi terhadap kecenderungan untuk melebih-lebihkan kemungkinan terjadinya hasil positif dan meremehkan kemungkinan terjadinya hal-hal negatif,” jelas Haris, seperti dikutip dari siaran pers.
Menurut Haris, karena masyarakat sangat optimistis bahwa perubahan iklim masih bisa ditangani, biasanya mereka akan cenderung mengabaikan tindakan preventif dan merasa bahwa konsekuensi dari perubahan iklim tidak akan memengaruhi mereka secara langsung.
Alhasil, mereka tidak mengambil tindakan apa pun, dan dampaknya jelas bisa fatal dalam konteks perubahan iklim.
Salah satu strategi yang dirumuskan untuk mengurangi dampak perubahan iklim adalah upaya untuk mencapai Ekonomi Nol Emisi Bersih (Net Zero Emissions Economy).
Di survei ini, 21 persen masyarakat skeptis bahwa Indonesia akan mencapai ekonomi nol emisi bersih. Persentasenya naik tajam dibanding dengan studi serupa di tahun 2021, yang mengungkapkan bahwa hanya 6 persen masyarakat yang skeptis terkait isu yang sama. Pun begitu, tingkat pesimisme ini masih lebih baik ketimbang rata-rata global sebesar 38 persen.
Topik lain yang tidak kalah penting yang juga dibahas dalam survei ini adalah soal energi terbarukan. Sebanyak 58 persen masyarakat Indonesia menganggap energi terbarukan harus dijadikan prioritas penanganan utama. Dalam hal pentingnya prioritas terhadap energi terbarukan, Indonesia menduduki peringkat ke-8 dari total 27 negara yang disurvei.
Survei ini pada dasarnya mengonfirmasi betapa pentingnya usaha untuk menekan bias optimisme dan membuka mata masyarakat bahwa dampak perubahan iklim sudah di depan mata dan sulit dicegah. Harapannya, ini bisa mendorong masyarakat untuk mengedepankan urgensi dalam membantu memperlambat dampak perubahan iklim.