Untuk mencapai target net zero emission (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat, pemerintah Indonesia telah memutuskan untuk mengurangi emisi dengan memprioritaskan pengembangan energi baru terbarukan (EBT).
Salah satu proyek terkait yang tengah direncanakan adalah “Indonesia Supergrid”, yang pada dasarnya merupakan jaringan listrik masif yang menyambungkan empat pulau besar di Indonesia, yakni Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.
Rencana pengembangan proyek ini kembali disinggung oleh Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jisman Hutajulu, dalam sebuah sesi diskusi di ajang World Hydropower Congress 2023 yang digelar di Nusa Dua, Bali, pada hari Rabu (1/11/2023) lalu.
Menurut Jisman. Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) yang masif, terutama tenaga air dengan total potensi mencapai 95 GW.
“Sesuai dengan arahan Presiden dan Menteri ESDM, saya ingin menekankan kembali pentingnya pengembangan hydropower dengan teknologi yang efisien dan didukung infrastruktur transmisi,” tutur Jisman, seperti dikutip dari siaran pers Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM.
Sebelumnya, Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2021-2023 telah menetapkan rencana terkait pengembangan sejumlah proyek pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dengan kapasitas 10 GW.
Problemnya, lokasi potensi EBT masih jauh dari pusat permintaan beban, sehingga dibutuhkan infrastruktur transmisi untuk menyalurkannya.
Di sinilah jaringan listrik lintas pulau tadi dipandang sebagai solusi yang menjanjikan. Jisman percaya proyek ini krusial untuk menyalurkan listrik dari sumber EBT di Sumatera ke pusat beban di Pulau Jawa.
Sebagai contoh, Kalimantan memiliki potensi tenaga air sebesar 13 GW dari Sungai Kayan dan Sungai Mentarang. Melalui interkoneksi antar pulau, daya listrik yang dihasilkan dapat disalurkan ke Pulau Jawa dan Sulawesi untuk dimanfaatkan di industri smelter.
Contoh lainnya adalah potensi tenaga air sebesar 7 GW dari Sungai Membramo di Papua, yang dapat disalurkan untuk mendukung area industri hidrogen.
Selain potensi tenaga air, pengembangan jaringan super tersebut diharapkan juga dapat meningkatkan penetrasi potensi tenaga surya dan tenaga bayu.
Jisman tidak lupa menyinggung tentang banyaknya pulau di Indonesia, terutama di bagian timur, yang masih memanfaatkan pembangkit listrik bertenaga diesel.
“Pulau-pulau ini membutuhkan pengembangan transmisi untuk meningkatkan stabilitas sistem ketenagalistrikan. Untuk pulau-pulau ini kami membutuhkan pengembangan teknologi kabel bawah laut,” jelas Jisman.
Jisman berharap, kolaborasi antara mitra lokal dan internasional dapat terjalin guna mengembangkan kerangka kerja kebijakan untuk pengembangan transmisi yang efisien.