Laporan terbaru dari Clean Air Fund menunjukkan bahwa untuk pertama kalinya dalam sejarah, ada lebih banyak dana bantuan yang dialokasikan untuk proyek udara bersih ketimbang bahan bakar fosil.
Kendati demikian, proyek-proyek ini masih mendapatkan kurang dari 1% dari dana bantuan pembangunan internasional. Hal ini cukup disayangkan mengingat partikel beracun di udara adalah penyebab kematian global keempat terbesar.
Jane Burston, direktur eksekutif Clean Air Fund, mengatakan bahwa membersihkan udara dapat menyelamatkan nyawa, mengembangkan ekonomi, dan memperlambat krisis iklim. Menurutnya, ini adalah satu-satunya hal yang punya efek besar dengan pengeluaran terbatas jika didanai.
Laporan tersebut menemukan bahwa bantuan internasional untuk bahan bakar fosil mencapai puncaknya pada tahun 2019, sebelum akhirnya turun dengan cepat meski masih bertahan.
Pada tahun 2021, sekitar $1,5 miliar dihabiskan untuk proyek-proyek bahan bakar fosil seperti pembangunan pembangkit listrik batu bara atau pipa gas. Dua tahun sebelumnya, angkanya mencapai $11,9 miliar.
Di sisi lain, jumlah yang dihabiskan untuk mengatasi polusi udara luar ruangan mencapai $2,3 miliar. Sayangnya, pengeluaran untuk proyek udara bersih ini hanya mencakup 1% dari dana pembangunan internasional dan 2% dari dana iklim publik internasional antara tahun 2015 dan 2021.
“Trennya bagus tapi pendanaannya meningkat dari basis yang sangat rendah. Ini tidak meningkat dengan cukup cepat,” ujar Jane Burston, seperti dikutip dari The Guardian.
Laporan ini juga mengatakan bahwa dana bantuan belum dipakai di tempat yang paling membutuhkannya. Afrika hanya menerima 5% dari pendanaan di tahun 2017-2021, padahal benua ini merupakan rumah bagi 5 dari 10 negara dengan tingkat polusi udara tertinggi di dunia.
Di saat yang sama, lima negara Asia yang paling tercemar — Tiongkok, Filipina, Bangladesh, Mongolia, dan Pakistan — menerima 86% dari dana tersebut.
Para peneliti belum bisa memastikan berapa banyak orang yang meninggal dunia akibat udara kotor setiap tahunnya, akan tetapi perkiraannya mencapai jutaan hanya dari polusi udara yang disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil.
WHO sendiri mencatat bahwa di tahun 2019, polusi udara luar ruangan mengakibatkan 4,2 juta kematian prematur. Sebagian besar kematian terjadi di negara-negara miskin dan menengah.
Gambar header: Kristen Morith via Unsplash.