Di tengah semakin seriusnya krisis iklim, teknologi penyerapan karbon menjadi ranah yang kian dilirik oleh para founder startup dan pemodal ventura.
Di Indonesia sendiri, startup yang bergerak di bidang ini kian bertumbuh jumlahnya. Salah satu contoh terbarunya adalah Bioniqa, yang belum lama ini berhasil mengamankan pendanaan awal dari Bali Investment Club (BIC).
Produk yang dikembangkan Bioniqa adalah fotobioreaktor, sejenis mesin unik yang digunakan sebagai tempat budidaya mikroalga, yang diklaim mampu mengonversi jejak karbon menjadi oksigen dan kredit karbon.
Dengan mengadopsi pendekatan lokal, Bioniqa optimistis dapat membantu memerangi isu polusi udara yang banyak dihadapi di kawasan urban di Indonesia.
Bioniqa merupakan buah pemikiran dari Rama Raditya dan Andre Hutagalung, dua sosok yang dikenal sebagai pendiri startup pengembang smart city Qlue.
Sejauh ini, Bioniqa telah melakukan instalasi fotobioreaktor besutannya di sebuah tempat penitipan anak di wilayah Jakarta. Dalam waktu dekat, mereka juga berencana untuk mengoperasikan instalasi lain di sekolah-sekolah besar di Jakarta.
Melalui sebuah siaran pers, Andre Hutagalung menjelaskan potensi menjanjikan dari teknologi yang Bioniqa kembangkan.
“Fotobioreaktor unik kami menampung alga dalam lingkungan yang terkendali, memungkinkannya untuk bertumbuh dengan menyerap CO2 dan melepas oksigen,” jelas Andre.
“Ini bukan sebatas mesin, melainkan ekosistem yang dapat membersihkan udara yang kita hirup dan membuat kota kita menjadi lebih layak huni,” imbuhnya.
Satu unit fotobioreaktor Bioniqa diklaim dapat meningkatkan kualitas udara luar ruangan hingga sebesar 60-80% pada area seluas 150 meter persegi dalam kurun waktu 24 jam.
Secara keseluruhan, satu unit fotobioreaktor ini dapat menyerap emisi karbon hingga sebesar 165 hingga 240 kg per tahun, sekaligus menghasilkan sekitar 6.800 liter oksigen setiap tahunnya.
Kalau ingin dikomparasikan dengan solusi penyerapan karbon berbasis alam (penanaman pohon), satu unit fotobioreaktor Bioniqa diyakini memiliki kinerja setara dengan 80 pohon dewasa dalam hal produksi oksigen, atau setara 20 pohon dalam konteks penyerapan karbon dioksida.
Di area perkotaan yang padat seperti Jakarta, solusi yang Bioniqa tawarkan terkesan lebih viabel ketimbang menanam pohon, yang juga butuh waktu cukup lama sebelum bisa memberikan dampak yang signifikan.
Dengan suntikan dana segar ini, Bioniqa berniat menggenjot pengembangan laboratorium dan perkebunan alganya. Mereka juga akan meningkatkan kemampuan fotobioreaktornya melalui penerapan teknologi IoT.