Baterai Lithium-ion (Li-ion) punya peran besar di pasar kendaraan elektrik. Seiring dengan berkembangnya pasar kendaraan listrik, permintaan akan baterai Lithium-ion pun akan naik.
Menurut Statista, permintaan untuk baterai Li-ion di 2030 akan naik hingga 11 kali lipat dari permintaan 2020. Sementara itu, nilai pasar baterai Li-ion pada 2030 akan mencapai lebih dari US$400 miliar.
Walau kendaraan listrik memang lebih lebih ramah lingkungan daripada kendaraan dengan bahan bakar minyak, perkembangan industri kendaraan listrik akan memunculkan masalah lain, yaitu sampah baterai. Di 2020, Greenpeace memperkirakan, di periode 2021-2030, jumlah baterai Li-ion dari kendaraan listrik yang tidak lagi bisa digunakan akan mencapai 12,85 juta ton.
Baterai Li-ion ini bisa didaur ulang, baik dengan cara dibongkar maupun dilelehkan. Meskipun begitu, berdasarkan prinsip 3R dalam pengelolaan sampah — reuse, reduce, recyle — daur ulang seharusnya bukan opsi pertama dalam mengelola sampah baterai, seperti yang disebutkan oleh The Cooldown.
Kabar baiknya, bahkan setelah tidak lagi bisa digunakan untuk kendaraan listrik, baterai Li-ion masih bisa digunakan untuk hal lain. Contohnya, untuk menyimpan energi ekstra yang dihasilkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Surya dan Angin.
Kepada The Guardian, Jessika Richter, peneliti hukum lingkungan hidup di Lund University berkata, “Pada akhir penggunaan baterai Li-ion untuk kendaraan listrik, baterai itu masih tetap punya kapasitas yang cukup besar.”
Perusahaan California, Amerika Serikat, B2U Storage bahkan sudah menawarkan baterai kendaraan listrik bekas sebagai storage untuk energi yang dihasilkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Surya. Selain menggunakan ulang baterai bekas kendaraan listrik, untuk mengurangi sampah baterai, kita juga bisa mencoba untuk mencari alternatif dari lithium.
Karena, komponen yang diperlukan untuk membuat baterai dari kendaraan listrik — seperti lithium, grafit, kobalt, dan mangan — hanya bisa didapat melalui tambang, yang membutuhkan energi sangat besar. Tak hanya itu, terkadang, proses penambangan dari komponen tersebut juga melibatkan eksploitasi penambang dan menghasilkan polusi udara dan air.
Mendaur ulang baterai dari kendaraan listrik juga meminimalisir kebutuhan untuk menambang material mentah baru.
Berdasarkan studi dari American Chemical Society, idealnya, baterai bekas dari kendaraan listrik akan bisa menjadi salah satu sumber suplai akan kebutuhan kobalt, lithium, mangan, dan nikel secara global. Pada 2040, baterai bekas kendaraan listrik akan bisa memenuhi 60% kebutuhan akan kobalt, 57% akan mangan, serta 53% akan lithium dan nikel.
Sumber header: Pexels