Peningkatan volume sampah terus menjadi masalah yang serius di berbagai kota di Indonesia. Pada tahun 2022, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat ada sekitar 12,362 juta ton sampah yang belum terkelola. Kabar baiknya, sejumlah perusahaan telah aktif memberikan kontribusi yang signifikan dalam hal penanganan sampah.
Salah satunya seperti yang dilakukan PT Semen Indonesia Tbk (SIG). Dengan mengadopsi pendekatan ekonomi sirkular, Semen Indonesia mengambil langkah inovatif untuk mengubah sampah menjadi sumber bahan bakar alternatif yang dikenal dengan istilah refuse-derived fuel (RDF).
Seperti dilaporkan oleh Antara News, Vita Mahreyni selaku Corporate Strategy SIG menjelaskan bahwa langkah ini bukan hanya membantu pemerintah dalam menangani permasalahan sampah saja, melainkan juga membuka peluang bagi perusahaan untuk memperoleh sumber energi alternatif yang lebih ramah lingkungan.
“Pemanfaatan RDF sebagai bahan bakar alternatif telah diterapkan oleh anak usaha SIG, PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SBI) di Pabrik Narogong dan Pabrik Cilacap. Sejak 2020 hingga 2022, total pemanfaatan RDF di dua pabrik tersebut telah mencapai 76 ribu ton, yang berasal dari TPST Bantargebang, RDF Plant Jeruklegi Cilacap dan TPST Wangon Banyumas,” jelas Vita dalam melalui keterangan resmi.
RDF Plant Jeruklegi Cilacap adalah fasilitas RDF pertama di Indonesia. Diresmikan pada Juli 2020, fasilitas tersebut diklaim memiliki kapasitas untuk mengolah 160 ton sampah dan menghasilkan sekitar 70 ton RDF per harinya. Jumlah tersebut diyakini cukup untuk menggantikan penggunaan 40 ton batu bara setiap harinya.
Di samping RDF, SIG juga telah memanfaatkan sumber bahan bakar alternatif lainnya, termasuk yang berasal dari biomassa dan limbah industri. Semua itu merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk mencapai target pengurangan emisi CO2.
Lebih lanjut, Vita mengungkapkan bahwa komitmen SIG dalam menjaga kelestarian lingkungan juga tercermin lewat proyek bernama Nathabumi. Nathabumi menyediakan layanan pengelolaan limbah industri, termasuk limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) serta non-B3, pengelolaan sampah perkotaan, analisis dan laboratorium limbah, hingga pengelolaan limbah dari pengeboran.
Nathabumi tidak lupa mengambil pendekatan yang bertanggung jawab dan ramah lingkungan dalam sistem pengelolaan sampahnya melalui metode co-processing. Sejak 2010 hingga 2022, Nathabumi diklaim telah berhasil mengelola sekitar 5,7 juta ton limbah dan sampah.
Meskipun tantangan peningkatan volume sampah masih ada, langkah-langkah seperti yang diambil SIG ini menjadi semakin penting mengingat keterbatasan fasilitas pengolahan sampah yang ada, dan dampak lingkungan yang ditimbulkan akibat akumulasi sampah. Semoga saja ke depannya akan semakin banyak perusahaan lain yang tergerak untuk memberikan kontribusi serupa.