Mengurangi ketergantungan manusia pada bahan bakar fosil berarti kita juga harus mengubah cara kita dalam membuat berbagai produk. Alasannya tidak lain karena kandungan hidrokarbon yang terdapat dalam bahan bakar seperti minyak mentah, gas alam dan batu bara, juga bisa ditemukan di benda-benda sehari-hari seperti plastik, pakaian, dan kosmetik.
Misi inilah yang diemban perusahaan bernama Visolis, yang memadukan biologi sintetis dengan katalisis kimia untuk mengubah cara pembuatan berbagai produk, sehingga akhirnya dapat mengurangi emisi gas rumah kaca dalam jumlah besar.
Perusahaan yang didirikan oleh alumnus MIT ini menggunakan mikroba untuk mengolah limbah biomassa seperti serpihan kayu menjadi senyawa yang dikenal dengan nama asam mevalonat. Pendekatan ini memungkinkan Visolis untuk menciptakan berbagai produk secara lebih sustainable, mulai dari ban mobil hingga kosmetik dan bahan bakar penerbangan.
Pendiri sekaligus CEO Visolis, Deepak Dugar, menjelaskan bahwa pendekatan yang mereka ambil ini bisa diterapkan di banyak industri sekaligus. “Kami mulai dengan isoprena sebagai molekul utama yang kami hasilkan dari asam mevalonat, tetapi kami telah memperluas platform kami dengan kombinasi unik ilmu kimia dan biologi yang memungkinkan kami untuk mendekarbonisasi banyak rantai pasokan dengan cepat dan efisien,” jelasnya.
Konsep “karbon-negatif” merupakan istilah yang sering digunakan oleh Deepak. Visolis sendiri saat ini telah bermitra dengan sejumlah konsumen terbesar isoprena — yang merupakan bahan baku karet — dan kini Deepak ingin membuktikan bahwa proses produksinya ini juga viabel di industri lain yang menghasilkan emisi tinggi.
Proses produksi Visolis bersifat karbon-negatif karena tanaman menyerap CO2 dari udara, kemudian tanaman tersebut diolah menjadi sesuatu yang bersifat struktural, seperti misalnya karet sintetis yang digunakan untuk atap, ban, dan lain sebagainya. Saat produk tersebut mencapai akhir masa pakainya, sebagian besar dapat didaur ulang atau digunakan kembali, sehingga CO2 yang diserap oleh tanaman tetap terjaga dalam bahan tersebut.
“Ini berarti produksi kami bisa bersifat karbon-negatif tergantung pada emisi dari proses produksinya. Hal ini tidak hanya memungkinkan kami untuk mengurangi perubahan iklim, tetapi juga memulai proses pembalikannya,” terang Deepak.
Selain menghasilkan isoprena, Visolis saat ini juga menjual produk perawatan kulit melalui merek Ameva Bio, yang menggunakan krim berbasis asam emvalonat dari limbah tanaman sebagai bahan baku.
Visolis juga sedang dalam proses mendapatkan persetujuan regulasi untuk bahan bakar penerbangan berkelanjutan mereka, yang ditaksir bakal memiliki dampak iklim terbesar dari semua produk Visolis yang sudah ada sekarang.
Dengan teknologi yang sudah tervalidasi, Visolis kini berfokus untuk menumbuhkan skala bisnisnya. Perusahaan ini berambisi untuk meningkatkan penggunaan teknologi mereka secara masif dan berkontribusi pada perubahan besar dalam pengurangan emisi gas rumah kaca.