Indonesia saat ini tengah bersiap untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) perdananya. Untuk mewujudkannya, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) membuka kesempatan kerja sama dengan para pelaku industri nuklir global, salah satunya Rusia.
Rusia sendiri melalui BUMN energi nuklirnya, Rosatom, menyatakan siap untuk berbagi pengalaman dengan Indonesia dalam pengembangan teknologi nuklir untuk mendukung transisi energi bersih.
Perwakilan Rosatom di Indonesia, Anna Belokoneva, menyatakan bahwa perusahaannya secara aktif terus menjalin komunikasi dengan Indonesia dalam hal pengembangan teknologi nuklir. Pun begitu, sejauh ini belum ada diskusi yang mengarah pada kerja sama konkret tertentu.
Menurut Anna, Rusia selama ini sudah bekerja sama dengan Indonesia, terutama di sektor pendidikan. Hal ini ditandai oleh banyaknya mahasiswa Indonesia yang mempelajari teknologi nuklir dan pemanfaatannya secara langsung di Rusia.
Seperti dilaporkan oleh Antara, BRIN sendiri sudah punya gambaran terkait teknologi reaktor nuklir yang ingin dikembangkan.
Kepala Pusat Riset Teknologi Reaktor Nuklir BRIN, Topan Setiadipura, mengungkapkan bahwa jenis reaktor yang paling sesuai untuk dikembangkan di Indonesia adalah high-temperature gas-cooled reactor (HTGR).
Jenis reaktor yang berpendingin gas suhu tinggi ini dinilai cocok untuk Indonesia karena sangat aman, ekonomis, sekaligus minim limbah. Selain aman, reaktor ini juga mampu menghasilkan panas yang dapat digunakan dalam skenario industri, semisal untuk produksi gas hidrogen.
Dalam pameran dan forum industri nuklir ATOMEXPO 2024 yang digelar di Rusia, Topan memaparkan rencana Indonesia untuk membangun teknologi HTGR pebble bed berkapasitas 40 MWt yang akan diberi nama PeLUIt-40.
Anggaran pengembangan yang diajukan oleh BRIN mencapai 2 triliun rupiah, sementara pengerjaannya diperkirakan memerlukan waktu sekitar lima tahun.
Topan juga berharap rencana ini dapat diwujudkan melalui joint development dengan negara lain, dan menurutnya, jika melihat jenis teknologi yang akan dikembangkan oleh BRIN, mitra yang cocok adalah Rosatom (Rusia) atau Tiongkok.
Rosatom sendiri sebelumnya sudah berkontribusi dalam sejarah pengembangan reaktor generasi keempat di Indonesia dengan melakukan transfer desain konseptual HTGR pebble bed pada tahun 2015-2016.
Secara global, teknologi nuklir Rosatom sudah bisa ditemukan di negara-negara seperti Turki, Mesir, India, Bangladesh, Tiongkok, dan Belarusia.
Berdasarkan estimasi International Atomic Energy Agency (IAEA), PLTN akan tumbuh 2,5 kali lipat pada tahun 2050 dan berkontribusi terhadap 9% dari total bauran energi global.
Gambar header: Lukas Lehotsky via Unsplash.