Riset dari berbagai lembaga internasional yang dikoordinasi oleh Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) menunjukkan bahwa kita masih berada jauh dari target-target iklim yang sudah ditetapkan.
Laporan “United in Science 2023” menyatakan bahwa sejauh ini hanya ada 15% dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) yang berada di jalur yang benar. Laporan ini merupakan tinjauan sistematis mengenai dampak perubahan iklim dan cuaca ekstrem terhadap pencapaian tujuan-tujuan tersebut.
Laporan tahunan ini melibatkan dan memadukan pengetahuan dari 18 organisasi. Laporan ini dirilis menjelang SDG Summit dan Climate Ambition Summit di Sidang Majelis Umum PBB tahun ini.
“2023 dengan jelas menunjukkan bahwa perubahan iklim sudah di sini. Suhu rekor membakar daratan dan memanaskan laut, sementara cuaca ekstrem menyebabkan kekacauan di seluruh dunia. Meskipun kita tahu ini hanya awal, respons global jauh dari memadai. Sementara itu, setengah jalan menuju batas waktu 2030 untuk SDG, dunia berada jauh dari jalurnya,” ujar Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres.
“Ilmu pengetahuan adalah kunci untuk solusi. Sudah umum dipahami bahwa ilmu cuaca, iklim, dan air merupakan landasan untuk tindakan iklim. Namun, kurang diakui betapa ilmu-ilmu ini dapat mempercepat kemajuan dalam pencapaian SDG secara menyeluruh,” tulis Guterres di kata pengantar.
Laporan ini menunjukkan, misalnya, bagaimana prediksi cuaca dapat membantu meningkatkan produksi pangan dan nyaris membasmi kelaparan. Mengintegrasikan epidemiologi dan informasi iklim membantu memahami dan mengantisipasi penyakit yang sensitif terhadap iklim.
Sistem peringatan dini membantu mengurangi angka kemiskinan dengan memberi orang kesempatan untuk mempersiapkan diri dan membatasi dampaknya.
Antara 1970 dan 2021, tercatat ada hampir 12.000 bencana akibat kondisi cuaca, iklim, dan air yang ekstrem, yang menyebabkan lebih dari 2 juta kematian dan kerugian ekonomi sebesar $4,3 triliun. Lebih dari 90% kematian dan 60% kerugian ekonomi terjadi di negara-negara berkembang, mengancam pembangunan berkelanjutan.
Sejauh ini, progres dalam mengurangi emisi cenderung sangat terbatas. Emisi CO2 dari bahan bakar fosil meningkat 1% secara global pada 2022 dibandingkan dengan 2021, dan perkiraan awal dari Januari-Juni 2023 menunjukkan peningkatan sebesar 0,3%.
Untuk mencapai tujuan Persetujuan Paris dalam membatasi pemanasan global hingga di bawah 2° C dan lebih baik lagi 1,5° C, emisi gas rumah kaca global harus dikurangi masing-masing sebesar 30% dan 45% pada tahun 2030, dengan emisi CO2 mendekati target net zero pada 2050.
“Sains terus menunjukkan bahwa kita tidak melakukan cukup banyak hal untuk menurunkan emisi dan memenuhi tujuan Persetujuan Paris — seiring dengan persiapan dunia untuk melakukan inventarisasi global pertama di COP28, kita harus meningkatkan ambisi dan tindakan kita, dan kita semua harus melakukan pekerjaan nyata untuk mentransformasi ekonomi kita melalui transisi yang adil menuju masa depan yang berkelanjutan bagi manusia dan planet ini,” ucap Inger Andersen, Direktur Eksekutif Program Lingkungan PBB.