Sama seperti di gadget, baterai lithium di mobil listrik atau EV juga memiliki masa pakai yang terbatas.
Saat sudah mendekati batasnya, baterai EV biasanya akan mengalami penurunan efisiensi sehingga perlu diganti dengan yang baru.
Lalu apa yang terjadi pada baterai lamanya? Apakah akan dibuang begitu saja?
Tentu tidak, dan seperti yang dibuktikan oleh Nissan belum lama ini, baterai bekas EV yang sudah tidak terpakai dapat ‘dihidupkan’ kembali menjadi semacam power bank rumahan yang portabel.
Bekerja sama dengan JVCKenwood dan 4R Energy Corp., Nissan berhasil mengembangkan power bank yang dimaksud dari baterai bekas mobil listrik Nissan Leaf.
Associated Press melaporkan bahwa power bank berbobot 14,4 kilogram ini sekarang sudah dipasarkan seharga 170.500 yen (± 17,7 juta rupiah) di Jepang. Namun sejauh ini belum ada kabar apakah Nissan dan JVCKenwood juga berniat menjualnya di negara-negara lain.
Setiap unit Nissan Leaf mengemas 48 modul baterai, sementara power bank jumbo ini menyimpan dua modul saja.
Berdasarkan penjelasan InsideEVs, modul baterai Nissan Leaf generasi pertama memiliki kapasitas 64 Ah. Kalau itu yang dijadikan acuan, berarti power bank ini secara teori memiliki kapasitas total 128 Ah atau 128.000 mAh.
Sebagai konteks, produk serupa dari Anker yang dijual dengan harga nyaris setengahnya memiliki kapasitas 32.000 mAh.
Namun satu hal yang sangat penting untuk dicatat adalah, berhubung yang dipakai adalah baterai bekas, maka kemungkinan besar kapasitas power bank besutan Nissan dan JVCKenwood ini tidak akan setinggi yang dijelaskan tadi.
Sejak pertama kali Nissan Leaf diluncurkan pada tahun 2010, Nissan mengaku telah menjual lebih dari 650.000 unit.
Nissan juga mengeklaim bahwa baterai milik Nissan Leaf memiliki estimasi masa pakai selama 22 tahun.
Dengan kata lain, kalau ada Nissan Leaf generasi awal yang dipensiunkan tahun ini, maka baterai bekasnya masih bisa mengemban tugas dengan baik sebagai power bank selama setidaknya 9 tahun ke depan.
Seperti yang kita tahu, baterai EV memiliki kandungan berbagai mineral mahal dan proses manufakturnya menghasilkan emisi karbon, sehingga menggunakannya kembali untuk tujuan lain jelas bisa membantu meningkatkan keberlanjutan.