Pada 2023, luas lapisan es di Antartika mencapai titik paling rendah, yang merupakan rekor baru. Tak hanya itu, sepanjang tahun ini, ice extent — total cakupan es, termasuk laut antara gumpalan es — di Antartika juga terus ada di titik terendah.
Mark Serreze, peneliti iklim dan Director dari US National Snow and Ice Data Center (NSIDC) mengungkap bahwa apa yang terjadi dengan lapisan es di Antartika berbeda dengan apa yang terjadi di lautan es Arktika. “Dalam beberapa tahun terakhir, laut es di Antartika tidak mengalami banyak perubahan. Namun, sekarang, luas es di Antartika mengalami penurunan drastis,” kata Serreze, dikutip dari Science News.
Setiap hari, NSIDC mengumpulkan data dari satelit, tentang luas lautan es di kutub utara dan selatan. Sepanjang 2023, luas lautan es di Antartika terus mencetak rekor paling rendah baru. Di 21 Februari 2023, yang merupakan puncak dari musim panas di Bumi belahan selatan, luas lautan es di Antartika hanya mencapai 1,79 juta kilometer persegi. Angka ini merupakan titik terendah sejak NSIDC mulai mencatat luas lautan es di Antartika sejak 1978.
Seolah hal itu tidak cukup buruk, bahkan ketika belahan Bumi selatan mulai memasuki musim dingin, luas es di Antartika terus berkurang. Di 27 Juni 2023, ice extent di Antartika diperkirakan hanya mencapai 11,7 juta kilometer persegi, 2,6 juta kilometer persegi lebih sedikit dari luas rata-rata pada periode 1981-2010.
Es di Antartika berbeda dengan es di Artika. Alasan es di Artika mencair adalah karena pemanasan global. Namun, saat ini, masih belum diketahui apa yang menyebabkan luas lapisan es di Antartika terus menyusut. Para peneliti bahkan tidak bisa menentukan apakah penyusutan luas laut es di Antartika terjadi karena alasan alami atau hal lain. Satu hal yang pasti, Serreze mengungkap, semakin lama tren penyusutan lautan es Antartika terjadi, semakin besar kemungkinan ada masalah besar yang akan terjadi.
Sumber header: Pexels