Kemajuan pesat teknologi kecerdasan buatan (AI) datang dengan biaya, yakni konsumsi energi yang masif. Dan saat dunia berlomba untuk mengadopsi praktik energi berkelanjutan, pertumbuhan integrasi AI berpotensi mempersulit upaya ini.
Analisis terbaru dari seorang ahli memberikan gambaran seberapa besar kebutuhan energi industri AI bisa meningkat dalam waktu dekat.
Dalam sebuah artikel opini yang diterbitkan di jurnal Joule, Alex de Vries, calon doktor ilmu ekonomi dan bisnis di Vrije Universiteit Amsterdam, berpendapat bahwa konsumsi listrik global terkait AI bisa mencapai lebih dari 134 terawatt hour (TWh) per tahun pada 2027.
Angka tersebut setara dengan konsumsi listrik tahunan negara-negara seperti Argentina, Belanda, dan Swedia.
Sebagai konteks, Alex mencatat bahwa konsumsi listrik pusat data (data center) — tidak termasuk industri penambangan mata uang kripto — dalam beberapa tahun terakhir menyumbang hanya 1% dari konsumsi listrik global.
Antara tahun 2010 dan 2018, konsumsi listrik pusat data secara global ditaksir hanya mengalami peningkatan sebesar 6%. Namun kehadiran AI berpotensi mengubah tren tersebut.
“Ada kekhawatiran yang meningkat bahwa sumber daya komputasi yang diperlukan untuk mengembangkan dan memelihara model dan aplikasi AI dapat menyebabkan lonjakan kontribusi pusat data terhadap konsumsi listrik global,” jelas Alex.
Mengutip Popular Science, tidak sulit membayangkan hipotesis ini menjadi kenyataan jika melihat banyaknya industri yang merangkul AI dalam setahun terakhir.
Alex mencontohkan bahwa seandainya Google menggunakan AI generatif untuk menjawab semua hasil pencarian — yang bisa menembus 9 miliar pencarian setiap harinya — maka perusahaan itu bisa menghabiskan sekitar 29,2 TWh listrik setiap tahun, atau setara dengan seluruh konsumsi listrik negara Irlandia.
Alex sendiri percaya bahwa skenario ekstrem seperti ini kecil kemungkinannya untuk terjadi, terutama karena biaya server AI dan juga hambatan rantai pasokan.
Terlepas dari itu, kebutuhan energi industri AI akan terus meningkat seiring dengan semakin meluasnya teknologi ini, dan hal itu sendiri sudah perlu ditinjau lebih jauh, terutama terkait kapan dan di mana teknologinya perlu digunakan.
Sebagai contoh, Nvidia tahun ini diprediksi akan mengirimkan 100.000 server AI kepada para pelanggannya. Jika server-server tersebut beroperasi pada kapasitas penuh, total konsumsi listrik tahunannya akan berada di kisaran 5,7-8,9 TWh. Angka ini nyaris tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan tingkat konsumsi tahunan pusat data.
Lompat ke 2027, situasinya mungkin bisa berubah drastis, terlebih ketika Nvidia berhasil mengirimkan 1,5 juta server AI per tahunnya. Estimasinya, total konsumsi listrik gabungannya berada di kisaran 85-134 TWh per tahun.
Di titik itu, server-server AI tersebut telah menjadi kontributor yang signifikan terhadap konsumsi listrik pusat data secara global.