Dekarbonisasi di sektor energi merupakan suatu keharusan apabila kita ingin membatasi dampak pemanasan global di masa mendatang. Salah satu langkah konkret yang harus segera diambil adalah memangkas emisi metana dari aktivitas produksi dan konsumsi bahan bakar fosil.
Desakan tersebut disampaikan oleh International Energy Agency (IEA), dalam laporan terbaru yang dibuatnya bersama PBB. Laporan ini menunjukkan bahwa meskipun penurunan permintaan bahan bakar fosil dapat mengurangi emisi metana, penurunan tersebut sendiri tidak akan terjadi dengan cukup cepat untuk memenuhi tujuan iklim dunia.
Tindakan tambahan yang lebih terfokus untuk mengatasi emisi metana dari produksi dan penggunaan bahan bakar fosil — seperti misalnya memperbaiki kebocoran — dinilai sangat penting untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5° C.
Laporan IEA menunjukkan bahwa pemangkasan emisi metana dari bahan bakar fosil dapat menghindari kenaikan suhu global hingga 0,1° C pada pertengahan abad ini.
Sepintas kedengarannya kecil, akan tetapi IEA mengatakan bahwa dampak tersebut lebih besar daripada dampak yang didapat seandainya semua mobil dan truk di dunia berhenti beroperasi seketika.
Karena emisi metana menyebabkan polusi ozon di permukaan tanah, tindakan pemangkasan emisi metana juga akan memberikan manfaat bagi kesehatan masyarakat, keamanan pangan, dan ekonomi.
Merujuk pada asesmen Program Lingkungan PBB di tahun 2021, tindakan pemangkasan emisi metana dapat mencegah hampir 1 juta kematian prematur akibat paparan ozon, kerugian panen sekitar 90 juta ton, dan sekitar 85 miliar jam kerja yang hilang akibat suhu panas ekstrem pada tahun 2050.
“Mengurangi emisi metana dari sektor energi adalah salah satu peluang terbaik — dan paling terjangkau — untuk membatasi pemanasan global dalam waktu dekat,” ujar Direktur Eksekutif IEA, Fatih Birol, seperti dikutip dari siaran pers.
“Tindakan awal dari pemerintah dan industri untuk menurunkan emisi metana harus sejalan dengan pengurangan permintaan bahan bakar fosil dan emisi CO2,” imbuhnya.
Metana (CH4) adalah kontributor terbesar kedua efek rumah kaca setelah karbon dioksida (CO2). Metana bertanggung jawab atas sekitar 30% dari kenaikan suhu global sejak Revolusi Industri.
Lebih dari separuh emisi global berasal dari aktivitas manusia dalam tiga sektor: pertanian, limbah, dan bahan bakar fosil. Melihat kondisi saat ini, total emisi metana dari aktivitas manusia diperkirakan dapat meningkat hingga 13% antara 2020 dan 2030.
Dalam skenario pembatasan pemanasan global hingga 1,5° C, emisi metana harus turun sekitar 30% hingga 60% selama periode ini. Kabar baiknya, sekitar tiga perempat emisi metana dari operasional minyak dan gas serta setengah dari emisi batu bara dapat diatasi dengan teknologi yang sudah ada, sering kali dengan biaya yang relatif rendah.
Menurut laporan IEA, biaya yang diperlukan untuk menerapkan semua langkah pemangkasan emisi metana di sektor minyak dan gas hingga tahun 2030 adalah $75 miliar. Angka tersebut tidak sampai 2% dari pendapatan yang dihasilkan industri minyak dan gas pada tahun 2022.
Gambar header: Anne Nygård via Unsplash.