Melonjaknya tren belanja online sejak pandemi COVID-19 menyebabkan kenaikan jumlah sampah plastik yang signifikan. Hasil riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di tahun 2021 menunjukkan bahwa 96 persen paket belanja online menggunakan bahan plastik sebagai kemasannya.
Estimasinya saat itu, ada 9.000 ton sampah plastik yang dihasilkan dari kegiatan e-commerce di Indonesia setiap harinya. Yang menjadi masalah, dari sampah plastik sebanyak itu, yang didaur ulang hanya 7 persennya saja.
Isu ini menggerakkan hati Aditya Padmanaba, seorang eks karyawan divisi logistik perusahaan e-commerce yang saat ini tengah mengembangkan solusi pengemasan yang lebih ramah lingkungan melalui startup yang didirikannya, Repax.
Repax terlahir dari kegelisahan Aditya setiap kali ia menerima paket belanja online dengan kemasan plastik yang berlebihan.
“Sebagai konsumen risih terutama jika beli barang kecil seperti skincare, tapi bubble wrap-nya berjubel,” ujar Aditya saat dihubungi tim Solum.id via WhatsApp.
Latar belakangnya di divisi logistik membuatnya paham betul bagaimana dan mengapa proses pengemasannya seperti itu.
Lalu pada akhir 2022, Aditya memberanikan diri untuk membawa ide seputar reusable packaging ke event hackathon Indonesia Pasti Bisa – Maju Terus Pantang Mundur yang digelar oleh East Ventures.
Repax pada akhirnya terpilih sebagai satu dari 28 pemenang di acara tersebut. Belum lama ini, Repax juga terpilih untuk berpartisipasi dalam Demo Day DSLaunchECO.
Ketimbang menggunakan kemasan plastik, bubble wrap, dan sejenisnya, Repax menawarkan alternatif dalam bentuk reusable packaging, baik yang berbentuk kantong kecil maupun boks besar pengganti kardus.
Cara kerja layanan yang Repax tawarkan sendiri cukup sederhana. Saat melakukan checkout pembelian di platform e-commerce, konsumen dapat memilih opsi kemasan Repax jika membeli dari merchant yang terdaftar sebagai mitra Repax.
Usai menerima barangnya, konsumen dapat mengembalikan kemasan Repax langsung ke kurir yang mengantar, atau dengan menitipkannya di cabang mitra logistik Repax terdekat. Dari situ, kemasannya akan didistribusikan ke merchant untuk digunakan kembali.
Aditya menjelaskan bahwa skema reusable ini memungkinkan merchant untuk menghemat biaya di setiap pengiriman ketimbang menggunakan kemasan plastik ataupun solusi pengemasan yang biodegradable.
Ia menganalogikan kemasan reusable ini seperti galon air. Ketika membeli air minum, yang ada di benak konsumen adalah membeli airnya, bukan galonnya.
Galonnya sendiri didesain supaya kuat dan aman, tapi sistemnya galon tersebut dikembalikan di setiap pembelian. Alhasil, tidak ada galon yang menjadi sampah.
Aditya percaya prinsip ini sudah sangat dipahami oleh konsumen, dan Repax pada dasarnya cuma memperkenalkannya kembali dalam konteks e-commerce.
Selain lebih ramah lingkungan dan lebih irit biaya, kemasan reusable yang Repax tawarkan juga diklaim lebih aman. Aman dalam artian memproteksi produk yang berada di dalam kemasan, sekaligus aman dalam artian memberikan pengalaman unboxing yang lebih mudah bagi konsumen.
“Unboxing paket itu pengalaman yang painful bagi konsumen. Repot harus pakai gunting atau cutter, dan terkadang barangnya tidak sengaja terpotong juga,” jelas Aditya.
Menurutnya, seandainya konsumen yang membeli tidak peduli terhadap lingkungan pun, kemasan reusable Repax ini tetap lebih bagus untuk pengiriman yang lebih aman dan convenient.
Aditya sendiri cukup optimistis bahwa solusi pengemasan yang lebih ramah lingkungan seperti ini dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.
Riset yang dilakukan YouGov pada tahun 2022 sendiri menunjukkan bahwa 77 persen orang Indonesia bersedia membayar lebih mahal untuk produk yang ramah lingkungan.
Saat ini Repax masih belum meluncur secara resmi. Aditya menjelaskan bahwa fokus mereka sekarang adalah memantapkan jaringannya supaya dapat menghadirkan pengalaman pengembalian yang lebih mudah bagi konsumen.
Di samping itu, Repax juga tengah mengeksplorasi material yang lebih kuat dan lebih sustainable dari recycled material.
—
DSLaunchECO merupakan program inkubasi startup dengan fokus pada bidang sustainability dan green tech. Program ini diselenggarakan oleh DS/X Ventures dan DailySocial.id, dengan tim Solum.id sebagai mitra strategisnya.
Selain mengikuti sesi mentoring dari sosok-sosok yang sudah sangat berpengalaman, para peserta DSLaunchECO juga dapat membangun koneksi dengan sesama pendiri startup yang peduli akan lingkungan.