Di antara gugusan pulau dan keragaman budaya yang mengagumkan, Indonesia menyimpan potensi energi terbarukan yang sangat melimpah, khususnya energi panas bumi atau geotermal.
Sebagai negara yang berada di Cincin Api Pasifik, Indonesia memiliki gunung-gunung berapi paling aktif di dunia.
Kondisi ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan cadangan energi panas bumi terbesar di dunia, yang diperkirakan mencapai 40 persen dari potensi global.
Berdasarkan data dari Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), cadangan energi panas bumi Indonesia ini tersebar di 357 titik dari Sabang hingga Merauke.
Potensi melimpah, pemanfaatan belum maksimal
Pertamina Geothermal Energy (PGE), salah satu perusahaan yang mengoperasikan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) di Indonesia, mengatakan bahwa pemanfaatan energi geotermal di negara ini masih jauh dari kata maksimal.
Sejauh ini, Indonesia memiliki total kapasitas PLTP terpasang sebesar 2.342,63 megawatt (MW) dari 16 Wilayah Kerja (WK).
Angka tersebut hanya sekitar 9,8 persen dari total potensi energi panas bumi yang dimiliki Indonesia, yang diestimasikan mencapai angka 23.965,5 MW atau 24 gigawatt (GW).
Hal ini cukup disayangkan karena panas bumi menawarkan berbagai keuntungan di samping fakta bahwa ia bersifat terbarukan.
Yang paling utama adalah terkait konsistensi. Tidak seperti pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) maupun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang bersifat intermiten, PLTP dapat beroperasi selama 24 jam nonstop tanpa terganggu oleh kondisi cuaca.
Hal ini menjadikan PLTP sebagai sumber energi yang stabil dan dapat diandalkan kapan saja.
Kabar baiknya, pemerintah Indonesia telah menyiapkan berbagai program untuk mendorong investasi di sektor energi panas bumi, khususnya terkait pengembangan proyek pembangkit listrik.
Sebagaimana diketahui, PLTP menjadi salah satu tumpuan Indonesia dalam mencapai target bauran energi baru terbarukan (EBT), dengan porsi sebesar 23 persen di tahun 2025 dan 31 persen di tahun 2050, sesuai dengan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN).
Perkembangan proyek PLTP di Indonesia
Seperti yang sudah disebutkan, pengembangan proyek PLTP akan menjadi salah satu fokus utama Indonesia ke depannya, dan jumlah 16 PLTP tadi bisa dipastikan akan bertambah nantinya.
Pengembangan proyek PLTP di Indonesia sendiri sudah dimulai sejak tahun 1978, tepatnya di daerah Kamojang, Jawa Barat.
Setelah menjalani pembangunan selama empat tahun, Indonesia akhirnya resmi memiliki PLTP pertamanya di tahun 1982.
Saat pertama beroperasi, PLTP Kamojang hanya memiliki satu unit dengan kapasitas 30 MW. Saat ini, PLTP Kamojang sudah mempunyai lima unit dengan total kapasitas terpasang sebesar 235 MW.
Sejak tahun 2018, Indonesia juga telah mengoperasikan salah satu PLTP terbesar di dunia, yaitu PLTP Sarulla dengan kapasitas total sebesar 330 MW.
Bertempat di Tapanuli Utara, Sumatera Utara, PLTP Sarulla merupakan PLTP pertama di Indonesia yang menggunakan tiga metode dalam pembangkitannya (condensing, bottomic, dan binary), yang memungkinkan peningkatan efisiensi secara signifikan.