Dalam iklim global yang menuntut transisi menuju energi bersih, Indonesia turut berupaya mencari solusi untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Salah satu alternatif yang semakin menarik perhatian adalah compressed natural gas (CNG) atau gas alam terkompresi. Apa yang dimaksud dengan CNG? Seperti apa proses pembuatan, kelebihan, serta kekurangannya? Berikut penjelasannya.
Apa itu CNG?
Secara sederhana, CNG adalah gas alam yang telah menjalani proses kompresi pada tekanan tinggi, umumnya mencapai 200 bar atau lebih.
Mengutip PGN LNG, proses ini bertujuan untuk memadatkan gas sehingga volumenya menjadi sekitar 1/250 dari volume gas alam pada kondisi normal. Dengan begitu, CNG dapat disimpan dan didistribusikan secara lebih mudah dan efisien, biasanya dalam bentuk tabung silinder bertekanan tinggi.
CNG bukan satu-satunya produk hasil olahan gas alam, sebab ada pula yang namanya liquified natural gas (LNG), atau gas alam yang dicairkan melalui proses pendinginan pada suhu sangat rendah.
Secara umum, kandungan metana pada CNG lebih tinggi (95%) dibanding LNG (90%), namun keduanya sama-sama bersifat tidak korosif dan tidak berbau.
Proses pembuatan CNG
Mengutip laman resmi Perusahaan Gas Negara (PGN), proses pembuatan CNG dapat dijabarkan menjadi empat tahap, yaitu:
- Ekstraksi gas alam: Gas alam diambil dari lapangan eksplorasi menggunakan metode pengeboran.
- Pemurnian: Gas alam mentah kemudian diolah untuk menghilangkan kandungan air, CO2, dan zat pengotor lainnya. Proses ini penting untuk memastikan kualitas dan keamanan CNG sebagai bahan bakar.
- Kompresi: Tahap inti dalam pembuatan CNG adalah kompresi gas alam yang sudah dimurnikan pada tekanan tinggi. Proses ini menggunakan kompresor khusus yang mampu meningkatkan densitas energi gas alam sehingga dapat disimpan dan digunakan secara efektif.
- Distribusi: CNG yang sudah terkompresi disimpan dalam tangki penyimpanan khusus, dan didistribusikan melalui pipa atau diangkut menggunakan truk tangki khusus ke stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG).
Kelebihan dan kekurangan CNG
Sebagai bahan bakar alternatif, CNG punya sejumlah kelebihan. Yang paling utama adalah terkait emisi gas buang yang lebih rendah dibandingkan dengan bensin atau solar, terutama untuk gas polutan seperti nitrogen oksida (NOx) dan sulfur oksida (SOx).
Menurut hasil penelitian, emisi NOx dari pembakaran CNG bisa sekitar 90% lebih rendah dibanding bensin. Hal ini menjadikan CNG sebagai pilihan bahan bakar yang lebih bersih dan berkontribusi pada perbaikan kualitas udara.
Kelebihan lainnya adalah terkait aspek keberlanjutannya. Indonesia memiliki cadangan gas alam yang melimpah, yang diperkirakan bisa bertahan hingga puluhan tahun mendatang.
Hal ini meningkatkan potensi CNG sebagai sumber bahan bakar alternatif yang berkelanjutan, yang dapat membantu mengurangi ketergantungan pada minyak bumi hasil impor.
Juga menjadi nilai plus tersendiri adalah kestabilan harga CNG. Saat awal diperkenalkan pada tahun 2012, CNG dijual dengan harga sekitar 3.100 rupiah per liter. Lompat ke tahun 2023, harganya masih berada di kisaran 4.500 rupiah per liter.
Beralih ke kekurangannya, ketersediaan CNG sejauh ini masih cukup terbatas di Indonesia. Salah satu faktornya karena CNG membutuhkan area penyimpanan yang luas.
CNG juga memiliki kapasitas energi yang lebih rendah per satuan volumenya daripada bensin. Ini berarti kendaraan yang menggunakan CNG butuh tangki yang lebih besar untuk mencapai jarak tempuh yang sama dengan kendaraan berbahan bakar bensin, dan ini juga menjelaskan mengapa transportasi umum yang memakai CNG sejauh ini baru bus Transjakarta.
Gambar header: Atlas Copco.