Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki potensi besar dalam hal sumber daya air. Guna memanfaatkannya, bendungan pun menjadi solusi penting untuk menyediakan air bersih, irigasi pertanian, dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA).
Namun membangun bendungan tidaklah segampang itu, dan sering kali pembangunan bendungan konvensional menuai kritik karena dampak negatifnya terhadap lingkungan, khususnya yang berkaitan dengan ekosistem sungai.
Kabar baiknya, konsep bendungan ramah lingkungan hadir sebagai pendekatan pembangunan berkelanjutan. Apa itu bendungan ramah lingkungan? Berikut penjelasannya.
Apa itu bendungan ramah lingkungan?
Bendungan ramah lingkungan adalah infrastruktur pengelolaan air yang dirancang dan dibangun dengan memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan dan ekosistem sekitarnya.
Konsep ini bertujuan untuk menyeimbangkan kebutuhan pembangunan dengan kelestarian alam. Jadi selagi bendungan memenuhi kebutuhan air, listrik, irigasi, dan tujuan-tujuan lainnya, eksistensinya tidak terlalu mengganggu lingkungan maupun kesejahteraan masyarakat yang tinggal di sekitar.
Bagaimana cara membangunnya?
Dalam kondisi yang paling ideal, proses pembangunan bendungan melibatkan serangkaian langkah dan teknologi yang dirancang untuk mengurangi dampak lingkungan.
Beberapa prinsip utama dalam pembangunan bendungan ramah lingkungan meliputi:
- Penilaian kelayakan lingkungan (Amdal): Melakukan kajian menyeluruh terkait dampak potensial proyek terhadap lingkungan dan langkah mitigasi yang diperlukan. Lokasi yang dipilih harus memperhitungkan aspek-aspek seperti keberlanjutan ekologi maupun dampaknya terhadap habitat satwa liar.
- Desain yang tidak invasif: Menggunakan desain bendungan yang lebih kecil dan memanfaatkan topografi alami sungai untuk mengurangi lahan tergenang. Metode pemanfaatan arus sungai tanpa membangun struktur yang mengganggu arusnya ini dikenal sebagai tenaga mikrohidro.
- Jalur migrasi ikan: Bendungan harus memiliki jalur yang dapat dilewati oleh ikan demi menjaga kelestarian spesies akuatik. Untuk ikan yang bermigrasi ke hulu sungai, infrastruktur tangga ikan juga bisa disematkan ke bendungan.
- Pengelolaan sedimentasi: Menerapkan teknik pengendalian sedimentasi untuk menjaga kesehatan ekosistem sungai hilir.
- Pemantauan dan evaluasi: Melakukan pemantauan secara berkala terhadap dampak lingkungan dan melakukan evaluasi untuk perbaikan berkelanjutan. Penggunaan sistem kecerdasan buatan geospasial juga dapat membantu pemantauan secara akurat.
Contoh bendungan ramah lingkungan
Membangun bendungan semacam ini memang sulit, tapi bukan berarti mustahil. Beberapa contoh yang ada pun juga membuktikan bahwa konsep ini bisa direalisasikan, antara lain Bendungan Tiga Ngarai (Three Gorges Dam) di Tiongkok, Bendungan Nam Theun di Laos, dan Bendungan Glen Canyon di Amerika Serikat.
Di Indonesia, ada Bendungan Sadawarna yang pembangunannya diklaim mengedepankan sejumlah prinsip keberlanjutan. Salah satunya adalah tersedianya embung kecil sebagai sistem pengelolaan air limpasan, yang nantinya akan mencukupi kebutuhan air di lingkungan fasilitas bendungan.
Gambar header: Asian Development Bank (ADB) via Flickr.