Foodurama adalah startup yang berfokus pada pengembangan produk protein alternatif, seperti cultivated meat (daging yang dikembangkan dari sel) dan plant-based meat (daging nabati).
Startup ini didirikan oleh tiga orang pendiri, yaitu Zulfikar Rifan, Dio Andrian, dan Punja Unggara. Mereka memiliki latar belakang pendidikan di bidang bioteknologi, teknik, bisnis, dan farmasi. Sebelum mendirikan Foodurama, mereka telah bekerja di berbagai bidang seperti F&B, perhotelan, farmasi, dan perusahaan teknologi.
Foodurama berkomitmen untuk mengurangi dampak perubahan iklim melalui produk-produknya yang ramah lingkungan. Misalnya, plant-based meat dapat menghasilkan efisiensi penggunaan lahan 47-99% lebih kecil dibandingkan dengan daging konvensional. Selain itu, emisi gas rumah kaca dari plant-based meat juga 30-90% lebih rendah dibandingkan dengan daging konvensional.
Meskipun masih belum banyak diminati di pasar lokal, Foodurama optimis bahwa minat terhadap produk-produk mereka akan terus meningkat seiring dengan kesadaran masyarakat tentang perubahan iklim1.
Menurut penelitian Coherent Market Insights, pasar plant-based meat telah mencapai nilai sekitar $5,06 miliar pada tahun 2022 dan diperkirakan akan terus tumbuh dengan CAGR 19,3% hingga tahun 2023 dengan kapitalisasi pasar mencapai $20,76 miliar1.
Di Indonesia sendiri, ada beberapa startup lain yang juga fokus pada makanan protein alternatif. Dua di antaranya adalah Green Rebel dan Off Foods yang telah mendapatkan dukungan dari pemodal ventura.
Layanan Foodurama
Foodurama telah memulai penjualan produk kategori plant-based meat. Ada empat varian produk yang tersedia, yaitu beef patty, rendang, lamb patty, dan gepuk. Makanan ini terbuat dari bahan-bahan seperti kedelai, bawang bombai, jamur, thyme, peterseli, dan rempah-rempah pilihan.
Sementara itu, Foodurama juga sedang mempersiapkan peluncuran produk kategori cultivated meat dalam waktu dekat.
Dalam fase awal ini, Foodurama memasarkan produk plant-based meat ke segmen B2B (hotel, restoran, dan kafe). Untuk mencakup area yang lebih luas, Foodurama sedang melakukan peluncuran pilot di beberapa lokasi di Kota Bandung dan menjalin kerja sama dengan beberapa layanan makanan dan pengelola hotel baik di dalam maupun luar negeri.
Di dalam negeri, Foodurama sedang menjajaki pasar di daerah Bali dan Jakarta. Sementara itu, di luar negeri, Foodurama telah hadir di Belanda, Uni Emirat Arab, Cina, Singapura, dan Malaysia.
Foodurama juga berencana untuk memasuki pasar B2C melalui modern trade pada semester awal tahun 2024. Zulfikar Rifan juga menekankan bahwa mayoritas demografi yang menjadi target pasar Foodurama saat ini adalah kalangan menengah dan menengah atas yang memiliki kesadaran terhadap lingkungan.
Dikutip dari DailySocial, Zulfikar Rifan, salah satu pendiri Foodurama, menyatakan bahwa perusahaan ini merupakan perusahaan pertama di Indonesia yang melakukan inisiasi pengembangan cultivated meat. Dalam waktu dekat, Foodurama akan berkolaborasi dengan salah satu perguruan tinggi untuk membangun laboratorium pertama di Indonesia yang berfokus pada pengembangan cultivated meat.
Menurut Zulfikar, harapannya adalah pada tahun 2024, Foodurama sudah bisa merampungkan prototype dan memulai inisiasi untuk mendapatkan regulatory approval di negara tujuan yang sudah mengizinkan komersialisasi produk tersebut. Ia optimis bahwa dengan dukungan dari berbagai stakeholders, industri protein alternatif akan mencapai price parity dengan industri protein konvensional.