Perkembangan teknologi yang pesat dalam beberapa dekade terakhir membuat siklus hidup perangkat elektronik jadi semakin singkat.
Tren ini memicu konsekuensi serius dalam bentuk limbah elektronik, atau yang juga biasa disebut e-waste. Tanpa kita sadari, tumpukan perangkat elektronik yang sudah tidak terpakai ini memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap lingkungan.
Untuk mengatasi masalah limbah elektronik, berbagai upaya perlu dilakukan, termasuk halnya daur ulang elektronik, pemusnahan yang aman dan ramah lingkungan, serta peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya mendaur ulang dan mengurangi konsumsi elektronik yang tidak perlu.
Isu seputar limbah elektronik ini juga menjadi pemicu lahirnya sebuah startup lokal bernama Dulang, yang saat ini tengah sibuk membangun platform pengelolaan limbah elektronik secara berkelanjutan.
Ide di balik lahirnya Dulang datang ketika salah satu pendirinya, Kreshna Rahmat, tengah menjalani kuliah S2 di New York, Amerika Serikat. Selagi melihat tumpukan sampah di jalanan kota New York, Kreshan langsung teringat pada masalah limbah di Indonesia, dan apa yang bisa ia lakukan untuk membantu mengatasinya.
Momen ini memicu Kreshna untuk meneliti lebih jauh, dan ia menemukan bahwa limbah elektronik merupakan isu yang jauh lebih besar dibandingkan limbah umum.
Secara global, tingkat daur ulang limbah elektronik hanya berkisar 17,4%, sementara di Indonesia angkanya malah tidak lebih dari 5%.
Kreshna menyadari bahwa kebanyakan dari kita cenderung hanya menimbun elektronik bekas di rumah atau membuangnya ke tempat sampah dan pinggir jalan.
Proses yang linear ini — dari mulai ekstraksi, produksi, konsumsi, sampai pembuangan — berkontribusi pada emisi karbon, ekstraksi material yang boros, dan konsumsi yang tidak berkelanjutan.
Dari situ Kreshna mulai belajar banyak mengenai prinsip ekonomi sirkular, dan bagaimana itu bisa menjadi kerangka kerja yang berguna untuk mengatasi perubahan iklim sekaligus mendorong keberlanjutan.
Melihat bagaimana hampir setiap aspek kehidupan manusia sekarang memiliki unsur elektronik, mengabaikan pengelolaan berkelanjutan dari siklus hidup perangkat elektronik bisa menjadi bom waktu menurut Kreshna.
Platform Dulang sendiri dibuat untuk memfasilitasi hal tersebut, dengan menyelesaikan tiga kendala utama yang sering dihadapi pelanggan.
Dulang mengatasi kendala kurangnya kesadaran dengan menyediakan layanan penemuan solusi, yang akan membimbing pelanggan untuk menemukan solusi terbaik buat elektronik bekas mereka, sebelum akhirnya memutuskan tindakan apa yang paling tepat — misalnya memperbaiki untuk digunakan sendiri, memperbaiki untuk dijual, mendonasikan, mendaur ulang, atau bahkan bertukar.
Secara sederhana, Dulang memberi kesempatan bagi pengguna untuk mendapatkan nilai maksimal dari elektronik bekas mereka, sehingga mengurangi pembelian barang baru yang dapat meningkatkan produksi limbah elektronik.
Dua kendala lainnya, yakni seputar kenyamanan dan insentif, diatasi dengan menyediakan proses yang cepat dan efisien, serta dengan menunjukkan perkiraan nilai yang bisa didapatkan dari elektronik bekas.
“Dulang memberi kemudahan dalam mengelola elektronik. Kemudahan ini akan mendorong lebih banyak orang untuk mendaur ulang atau menjual kembali perangkat mereka,” jelas Juan Siregar selaku co-founder Dulang, saat dihubungi tim Solum.id.
“Dengan solusi yang ditawarkan Dulang, kami berharap angka daur ulang akan meningkat dan jumlah e-waste dapat berkurang,” imbuhnya.
Namun ketimbang berhenti sampai di situ saja, Dulang juga ingin mempromosikan sirkularitas dalam elektronik sebagai gaya hidup hijau yang keren. Hal ini diwujudkan dengan menerapkan sistem poin yang nantinya dapat ditukar dengan barang atau jasa dari mitra ritel Dulang.
Saat ini Dulang tengah berfokus menggalang dana dan memperbesar timnya. Mereka juga akan melakukan validasi yang mendalam terhadap model bisnis untuk memastikan keberlanjutannya. Dulang juga membuka peluang kerja sama dengan berbagai pihak, mulai dari perusahaan, pemerintah, hingga komunitas.
Ke depannya, Dulang berambisi untuk menjadi solusi utama dalam pengelolaan elektronik bekas.
“Kami berencana menyediakan platform secara end-to-end yang mencakup penyewaan, penjualan kembali, penggunaan ulang, dan daur ulang. Tujuannya adalah untuk menciptakan ekosistem yang menghubungkan berbagai pihak dan memberdayakan industri yang sudah ada,” pungkas Juan.
—
DSLaunchECO merupakan program inkubasi startup dengan fokus pada bidang sustainability dan green tech. Program ini diselenggarakan oleh DS/X Ventures dan DailySocial.id, dengan tim Solum.id sebagai mitra strategisnya.
Selain mengikuti sesi mentoring dari sosok-sosok yang sudah sangat berpengalaman, para peserta DSLaunchECO juga dapat membangun koneksi dengan sesama pendiri startup yang peduli akan lingkungan.