Penelitian baru yang didanai oleh NASA dan dilakukan dengan kerja sama High Mountain Asia Team dan Sea Level Change Team menemukan bahwa dengan peningkatan suhu global sebesar 1,5 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri, separuh dari gletser di dunia akan hilang dan menyebabkan kenaikan permukaan laut sebesar 9 sentimeter pada tahun 2100.
Dari tahun 2013 hingga 2017, David Rounce, seorang asisten profesor di Carnegie Mellon University, dan tim penelitinya mengukur Gletser Imja-Lhotse Shar di dekat kaki Gunung Everest di Himalaya seiring gletser tersebut menyusut dengan cepat.
Saat gletser meleleh, danau di kaki gunung tersebut terisi penuh, seperti dijelaskan dalam siaran pers NASA.
Studi yang berjudul “*Global glacier change in the 21st century: Every increase in temperature matters,” ini diterbitkan dalam jurnal Science.
Dalam analisisnya, tim peneliti memodelkan gletser di seluruh Bumi, kecuali lembaran es di Antartika dan Greenland, untuk membuat proyeksi tentang bagaimana mereka akan terpengaruh oleh kenaikan suhu dari 1,5 hingga 4 derajat Celsius.
Seandainya suhu Bumi naik sebesar 2,7 derajat Celsius — yang merupakan angka kenaikan yang diprediksi berdasarkan komitmen perubahan iklim yang dibuat di Conference of Parties (COP26) — hampir semua gletser di Kanada barat, Amerika Serikat (termasuk Alaska), dan Eropa Tengah akan menghilang.
Apabila suhu naik sebesar 4 derajat Celsius, maka 80 persen gletser di Bumi akan lenyap dan menyebabkan kenaikan permukaan laut sebesar 15 sentimeter.
“Terlepas dari kenaikan suhu, akan ada banyak gletser yang hilang,” ucap Rounce dalam siaran persnya. “Hal ini tidak bisa dihindari.”
Studi yang dilakukan oleh Rounce dan timnya merupakan yang pertama menggunakan data perubahan massa yang diambil dari satelit untuk semua dari 215.000 gletser di planet ini.
“Kenaikan permukaan air laut bukan hanya masalah untuk beberapa lokasi tertentu saja,” kata pemimpin NASA Sea Level Change Team, Ben Hamlington, dalam siaran pers, seperti dikutip dari EcoWatch. “Kenaikan ini terjadi hampir di semua tempat di Bumi.”
Model ini juga memperhitungkan tutupan puing-puing glasial, termasuk sedimen, jelaga, debu, bebatuan, dan abu vulkanik di permukaan gletser.
Puing-puing gletser dapat memengaruhi pelelehan — lapisan tipis dapat menyebabkan pelelehan yang lebih parah, sedangkan lapisan tebal dapat memberikan insulasi yang mengurangi dampak pelelehan.
Gletser di daerah terpencil — jauh dari aktivitas manusia — merupakan indikator yang sangat kuat dari perubahan iklim.
Gletser yang meleleh dengan cepat memengaruhi lanskap, ketersediaan air tawar, kenaikan permukaan laut, pariwisata, ekosistem, serta tingkat keparahan dan frekuensi bencana alam.