Indonesia merupakan penghasil sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok. Hal ini tentu cukup mengkhawatirkan mengingat sebagian besar dari sampah plastik tersebut berakhir mengotori lingkungan.
Mengatasi isu sampah plastik tidak hanya membutuhkan kemauan dan komitmen, melainkan juga kreativitas dan inovasi. Selain didaur ulang, sampah plastik telah terbukti dapat dijadikan bahan baku yang reliabel, salah satunya sebagai campuran aspal jalanan.
Munculnya teknologi aspal plastik ini menawarkan solusi yang menarik, menangani permasalahan sampah plastik selagi membantu menciptakan infrastruktur jalan yang lebih baik daripada sebelumnya.
Namun apa yang sebenarnya dimaksud dengan aspal plastik? Bagaimana proses pembuatannya, dan apa saja kelebihan yang ditawarkan? Berikut penjelasannya.
Apa itu aspal plastik?
Mengutip Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), aspal plastik merupakan campuran aspal dengan kandungan plastik yang tahan terhadap deformasi.
Kandungan plastik yang dimaksud sendiri adalah cacahan plastik jenis low density polyethylene (LDPE) yang terbuat dari minyak bumi. LDPE dipilih karena memiliki titik leleh yang rendah, sehingga mudah dicampurkan dengan aspal panas.
Selain LDPE, sampah plastik jenis high density polyethylene (HDPE) pun juga dapat digunakan sebagai campuran aspal meski titik lelehnya lebih tinggi.
Proses pembuatan aspal plastik
Pembuatan aspal plastik melibatkan pencampuran plastik dengan agregat (batu pecah) dan aspal menggunakan metode dry mixing.
Agregat dipanaskan terlebih dahulu hingga mencapai suhu 170° C, sementara sampah plastik harus disortir, dibersihkan, dan dicacah. Kemudian, cacahan plastik akan dimasukkan agar melapisi agregat panas tersebut.
Setelahnya, agregat yang sudah bercampur dengan plastik itu ditambahkan ke aspal panas hingga menjadi campuran aspal plastik yang siap dihamparkan ke jalanan.
Kelebihan dan kekurangan aspal plastik
Dibandingkan aspal konvensional, aspal plastik memiliki sejumlah keunggulan. Yang paling utama adalah ketahanan deformasi yang lebih baik, yang tentu akan berpengaruh positif terhadap umur jalanan, sehingga dapat mengurangi biaya perawatan jalan.
Menurut PT Chandra Asri Petrochemical Tbk, perusahaan yang sudah memanfaatkan sampah plastik sebagai campuran aspal, penggunaan aspal plastik dapat meningkatkan kualitas ketahanan jalan hingga 40%.
Selain lebih tahan lama, teknologi aspal plastik tentu juga dapat membantu mengurangi jumlah limbah plastik yang berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA).
Sebagai gambaran, jalanan sepanjang 8,6 kilometer yang dibuat dengan aspal plastik di BSD City ditaksir melibatkan sekitar 410,57 ton sampah plastik dari TPA.
Bicara soal kekurangan, aspal plastik terkadang bisa dinilai kurang efisien. Pasalnya, komposisi plastik di dalam campuran aspalnya tidak boleh terlalu banyak.
Menurut PT Pupuk Kalimantan Timur yang sudah mengembangkan aspal plastik sejak 2020, apabila jumlah plastik yang dicampur ke aspal terlalu banyak, maka jalanan akan menjadi keras dan mudah retak. Jumlah yang ideal adalah 6% dari total komposisi aspal.
Gambar header: Freepik.