Indonesia punya permasalahan sampah plastik yang cukup serius. Menurut Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP), Indonesia adalah penghasil sampah plastik terbesar kedua setelah Tiongkok.
Setiap tahunnya, negara kita menghasilkan 3,2 juta ton sampah plastik yang tidak terkelola, dan 1,29 juta ton di antaranya berakhir mengotori lautan.
Sampah plastik, seperti yang kita ketahui, tidak semuanya dapat didaur ulang. Untuk mengatasi hal ini, dibutuhkan solusi melalui pendekatan seperti upcycling, yang mengubah sampah menjadi produk baru yang memiliki nilai dan fungsinya tersendiri.
Contohnya seperti yang dilakukan oleh Sungai Design, startup baru yang terlahir dari inisiatif lembaga swadaya masyarakat (LSM) asal Bali, Sungai Watch.
Didirikan pada tahun 2020, Sungai Watch telah rutin membersihkan ratusan sungai di Bali dengan memasang alat khusus yang dapat mengumpulkan sampah dari aliran sungai. Tercatat sejauh ini sudah lebih dari 1.800 ton sampah plastik yang terkumpul berkat upaya Sungai Watch.
Sampah plastik yang terkumpul ini dikirim ke pusat penyortiran untuk kemudian didaur ulang. Problemnya, sekitar 36% dari total sampah yang terkumpul adalah kantong plastik (kresek) yang tidak dapat didaur ulang. Di sinilah Sungai Design memegang peran.
Mereka mengubah sampah-sampah kantong plastik tersebut menjadi produk baru, yang pertama adalah kursi santai yang cocok untuk ditempatkan di teras rumah maupun samping kolam renang. Estimasinya, setiap kursi yang diproduksi dibuat dari sekitar 2.000 sampah kantong plastik.
Kursi tersebut baru awal dari perjalanan Sungai Design, sebab mereka berencana memperkenalkan sejumlah produk lain pada musim panas nanti.
Namun seperti dilaporkan oleh Fast Company, produk-produk barunya sudah pasti bukan barang-barang kecil seperti tatakan gelas atau kacamata, sebab pihak Sungai Design menilai produk-produk semacam ini sering kali hanya bersifat sementara dan ujung-ujungnya berakhir menjadi sampah juga.
Pemasukan yang diperoleh Sungai Design juga akan secara langsung membantu operasional Sungai Watch. Selama ini, LSM tersebut beroperasi dengan mengandalkan bantuan donor dan sponsorship, yang umumnya ditukar dengan peluang mengiklankan produk pada alat pengumpul sampah milik Sungai Watch.