Minyak jelantah merupakan limbah cair yang sangat umum dijumpai di rumah tangga. Seperti semua jenis limbah, membuang minyak jelantah jelas tidak bisa sembarangan.
Namun ketimbang dibuang begitu saja, minyak jelantah sebenarnya bisa diolah menjadi produk lain, seperti misalnya lilin aromaterapi.
Hal ini telah dibuktikan oleh Sunda Galih, mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) dan penerima beasiswa SCG Sharing the Dream 2023, sebagai bagian dari program E-Mission yang dijalaninya untuk masyarakat Desa Sirnaresmi.
Program E-Mission mengolah minyak jelantah hasil konsumsi rumah tangga menjadi lilin aromaterapi yang dapat menjadi komoditas ekonomi lokal. Hasil penjualan lilin tersebut kemudian digunakan untuk membeli peralatan filter air bagi desa.
Desa Sirnaresmi yang bertempat di Sukabumi merupakan salah satu wilayah yang memiliki persoalan air bersih akibat paparan aktivitas pabrik kapur dan pengolahan limbah rumah tangga yang kurang efektif.
Sebagaimana diketahui, kualitas air bersih di Indonesia pada tahun 2022 mencatatkan skor 53,88, masih di bawah target 55,03 yang ingin dicapai oleh Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH).
“Kami memilih untuk mengolah minyak jelantah karena materialnya mudah didapatkan langsung dari masyarakat. Prosesnya juga tidak meninggalkan limbah cair tambahan seperti halnya produksi sabun, sehingga minim risiko pencemaran air. Serta yang terpenting, mudah diterapkan menjadi UMKM rumahan,” jelas Sunda Galih, seperti dikutip dari siaran pers SCG.
Program E-Mission terdiri dari empat fase: Sosialisasi, Produksi Tahap 1, Produksi Tahap 2, dan terakhir, Pemasangan Filter Air di Desa Sirnaresmi.
Sebanyak 31 anggota PKK Desa Sirnaresmi mengikuti program ini. Galih, bersama SCG, memulai program dengan memberikan sosialisasi dampak negatif limbah minyak jelantah, dilanjutkan dengan pelatihan produksi lilin dan edukasi pemasaran.
Di tahap awal, program ini sukses memproduksi 125 lilin dari olahan 10 liter minyak jelantah, yang menghasilkan empat varian aroma lilin, yaitu lavender, lemon, peppermint, dan kopi, dengan harga Rp28.000 per buah.
Keuntungan dari lilin-lilin yang terjual telah digunakan untuk membeli satu set peralatan filter air yang telah dipasang di salah satu dari tiga titik yang ditargetkan di desa. Setiap titik mampu menyediakan air bersih untuk 20 rumah di sekitarnya.
Keuntungan penjualan berikutnya akan digunakan untuk memasang filter air pada dua titik lainnya, sehingga masyarakat desa lainnya dapat merasakan manfaat dari program E-Mission.
Sejauh ini, para anggota PKK Desa Sirnaresmi sudah diberi kepercayaan untuk melanjutkan usaha ini secara mandiri dengan target jangka panjang dapat menjangkau pusat-pusat oleh-oleh di Sukabumi.