Akhir November lalu, Google meresmikan proyek energi geotermal barunya yang berlokasi di negara bagian Nevada, Amerika Serikat.
Proyek hasil kolaborasinya dengan startup bernama Fervo itu akan menyalurkan listrik bersih ke dua pusat data (data center) milik Google di sekitar area tersebut.
Pusat data (data center), khususnya di era revolusi AI seperti sekarang, punya tingkat konsumsi listrik yang luar biasa besar. Selain Google, raksasa teknologi lain seperti Microsoft juga tengah mencari cara untuk mengurangi dampak lingkungan yang dihasilkan oleh pusat datanya.
Proyek energi panas bumi ini merupakan bagian dari rencana besar Google untuk beroperasi sepenuhnya menggunakan energi bersih pada tahun 2030.
Geotermal sendiri dipilih karena konsistensinya dalam menghasilkan listrik, terutama jika dibandingkan dengan sumber energi terbarukan lain macam angin dan matahari, yang sangat bergantung pada kondisi cuaca sekaligus waktu.
Dikembangkan mulai tahun 2021, proyek energi geotermal ini punya cara kerja yang agak sedikit berbeda dari pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) pada umumnya, yang mengalirkan air atau uap panas dari reservoir untuk menggerakkan turbin.
Kepada The Verge, Michael Terrell selaku Senior Director of Energy and Climate di Google menjelaskan bahwa proyek ini dibangun di pinggiran ladang panas bumi yang sudah ada.
Lokasi yang dipilih pada dasarnya memiliki batuan panas, namun tidak ada air sama sekali. Untuk menghasilkan energi geotermal di tempat tersebut, Fervo harus lebih dulu mengebor dua sumur horizontal dan memompa air.
Fervo mendorong air dingin melalui rekahan di batuan, yang memanaskannya sehingga dapat menghasilkan uap saat kembali ke permukaan.
Berkat sistem yang tertutup semacam ini, airnya dapat selalu digunakan kembali, dan ini sangat penting di wilayah yang rawan kekeringan seperti Nevada.
Fervo tidak lupa memasang kabel serat optik di dalam kedua sumur tersebut untuk mengumpulkan data secara real-time. Data yang dipantau sendiri mencakup arus air, suhu, dan kinerja keseluruhan dari sistem geotermalnya.
Dibandingkan PLTP konvensional, kapasitas produksi listrik proyek geotermal Google dan Fervo ini relatif lebih kecil di angka 3,5 megawatt (MW). Namun seperti yang sudah disebutkan, itu cukup untuk menenagai dua pusat data Google sekaligus.
Proyek ini bukanlah satu-satunya proyek geotermal yang sedang Google kembangkan. September lalu, mereka mengumumkan kerja sama serupa dengan organisasi bernama Project InnerSpace.